Malam hari telah tiba, malam yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Ballar maupun Acksel, tapi tidak untuk Maureen.
Beberapa kali Maureen menghela napasnya dengan mata yang melihat pantulan dirinya di cermin.
Ditatapnya dirinya yang memakai gaun berwarna putih tanpa lengan yang memanjang hingga mata kakinya. Gaun itu dirancang oleh perancang keluarga Acksel sendiri.
Rambutnya tergerai disamping kiri dengan hiasan yang ada di kepalanya membuat kesan cantik. Riasan wajahnya juga terlihat natural dengan lipstic berwarna peach.
Maureen mendengar pintu kamarnya terbuka, dan Maureen dapat melihat dari pantulan cermin dihadapannya ini ada seorang lelaki yang tengah memasuki kamarnya.
"Cepetan turun, dek, mereka udah datang." Ucap Gio sambil mendekati adiknya itu.
Maureen menghela napas. Tangannya bergerak mengambil kalung berlian yang tergeletak di meja riasnya. Kini, Maureen tengah berusaha memakai kalung tersebut. "Kenapa ini harus terjadi, kak?"
Gio menghembuskan napasnya pelan dengan tangan yang bergerak untuk merebut kalung ditangan Maureen. "Apa kamu gak bahagia dengan pertunangan ini, dek?"
Maureen diam, dia kembali menatap kakaknya yang tengab berusaha memakaikan kalung itu dilehee Maureen, setelah menyingkap rambut panjang Maureen yang sedikit menutupi leher jenjangnya.
"Aku gak tau aku bahagia atau gak. Rasanya, aku berada ditengah-tengahnya."
"Karena itu, cobalah jalanin ini semua dan kejar kebahagian kamu dengan Noven!".
Maureen merasakan bahwa kakaknya sudah selesai memakaikan kalung itu, sehingga Maureen membalikan badannya dan melihat Gio tengah tersenyum. "Aku akan berusaha, kak." Sahut Maureen dengan suara yakin.
Gio semakin melebarkan senyumnya setelah mendengar ucapan Maureen, dia kini tengah mengusap rambut Maureen dan sesekali menatanya kembali. "Kakak seneng dengernya, dan kakak do'a kan, kalian bahagia."
Maureen tersenyum dan mengangguk. "Apakah aku bisa bahagia jika Noven sendiri mencintai orang lain?"
וווו×
Noven tersenyum kecil tak kala melihat raut kebahagia yang terpancar dari keluarga Noven maupun keluarga Maureen akan acara malam ini.
Dilihatnya kakeknya dan neneknya yang tengah berbincang dengan kakeknya Maureen. Ternyata mereka dekat, bahkan Noven tidak menyangka jika neneknya dan almarhumah neneknya Maureen itu bersahabat seperti ayahnya dengan papah Maureen.
"Gue harap setelah ini jangan sering nyakitin Maureen."
Noven terkaget karena tiba-tiba dia mendengar sebuah suara yang berasa tidak jauh darinya. Ditatapnya orang yang berdiri disampingnya dengan segelas minuman di tangannya.
Orang itu menatap Noven dan tersenyum kecil. "Maureen gadis baik, kak. Kalo setelah ini lo mau nyakitin dia lagi, lebih baik pertunangan ini gak usah dilanjutin!"
Noven tersenyum miring kearah Nova, kembarannya. "Gue gak akan nyakitin dia.K arena apa? Karena dia juga punya pacar."
"Andai lo tau. Andai gue bisa bongkar kalo di suka sama lo bukannya pacaran sama Moscar." Jerit Nova dalam hati. Sungguh, dia ingin mengatakan itu tepat didepan wajah kembarannya, tapi dia sudah berjanji kepada Maureen untuk tidak mengatakan apapun yang sudah dia ketahui.
"Terserah lo deh, kak, yang penting gue udah peringatin lo." Kesal Nova, dan selanjutnya gadis itu melangkah pergi dari hadapan Noven.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...