Bau tanah basah menerobos masuk kedalam penciuman lelaki berbadan tegap yang tengah berjalan seorang diri dengan sebuah ransel yang sudah berada disalah satu bahunya.
Sisa hujan kemarin malam ternyata masih membekas sampai pagi ini. Itu terlihat dari sebagian tanah yang nampak masih basah dan juga embun yang masih setia terombang-ambing di dedaunan. Embun itu tidak menyerah dan memilih jatuh dari dedaunan, embun tersebut justru memilih tetap bertahan dengan harapan cahaya matahari yang kini tertutup awan tebal itu akan menyinarinya dan membantunya menghilang.
Sama halnya dengan lelaki itu yang sampai sekarang masih bertahan akan perasaannya meskipun sudah berulang kali dirinya mencoba menepis sebuah rasa yang mungkin seharusnya tidak dia berikan kepada gadis itu. Setiap usahanya gagal disaat sang gadis selalu ada disisinya, namun jika lelaki itu menjauh, maka itu bukanlah pilihan yang baik.
Oleh karena itu, kini dia hanya berharap akan ada seseorang yang membantunya keluar dari jerat masa lalu ini. Seseorang yang akan menawarkan kebahagiaan untuknya dan juga seseorang yang akan dia bahagiakan.
Moscar, lelaki itu menerawang jauh kehidupannya yang terasa masih sama saja. Dirinya belum bisa menepis rasa yang dimilikinya sejak dulu kepada Maureen bahkan setelah dia sangat-sangat tahu, jika Maureen bahagia dengan Noven.
Sudah dua hari berlalu sejak dirinya membantu Nova untuk memberi kejutan kepada Maureen dan Noven, selama itu juga Moscar berusaha mati-matian mengubur perasaannya. Dia bahagia disaat tahu jika hubungan Noven dan Maureen tidak akan diakhiri, namun dirinya juga tidak bisa berbohong jika disudut hatinya itu terluka.
Brugh
"Aww."
Moscar tertarik kealam sadarnya setelah dirinya mendengar ringisan dari seseorang yang ada didekatnya. Disana, tepatnya di atas lantai didepannya, ada seorang gadis yang membelakanginya dalam keadaan setengah tengkurap. Sepertinya tadi Moscar menabrak gadis itu sampai terjatuh seperti itu.
"Maaf." Moscar berucap tulus sambil mengulurkan tangannya kehadapan gadis itu.
Gadis itu mendongak menatap mata beriris hijau milik Moscar. Moscar sendiri juga melihat wajah putih bersih dengan mata sipit yang dimiliki gadis tersebut.
Untuk sesaat mereka saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya gadis itu yang memutuskan kontak mata mereka secara sepihak. "Aku yang harusnya minta maaf." Katanya sopan sambil berusaha berdiri dengan bantuan tangan Moscar.
"Makasih udah bantuin." Gadis itu berucap sambil merapikan seragam sekolahnya yang nampak berbeda dari Moscar. "Tadi aku yang ceroboh, jalan mundur jadi nabrak kakak." Lanjutnya lagi sambil menatap Moscar yang sejak tadi juga menatapnya.
"Jalan mundur?" Moscar bertanya tidak mengerti, karena dia tadi saja juga jalan sambil melamun sehingga tidak tahu keadaan disekelilingnya.
Gadis itu mengangguk singkat. "Iya. Aku lagi nyari ruang kepala sekolah, tapi gak ketemu-ketemu." Ujarnya sambil menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga.
"Ruang kepala sekolah ada disana. Tinggal lurus, belok kanan, langsung ketemu." Moscar menunjuk letak ruang kepala sekolah yang sudah terlewati oleh gadis itu.
Gadis itu ikut menatap kemana telunjuk Moscar bergerak. Setelah mengerti, dia kembali menatap Moscar sambil tersenyum manis. "Sekali lagi maaf yah, kak. Dan makasih informasinya."
Moscar terdiam, membiarkan gadis itu melenggang pergi begitu saja dari hadapannya. Moscar hanya terus melihat punggung gadis itu yang mulai menjauh.
"Bytha Lusiana." Gumam Moscar yang tidak sengaja melihat nama tag gadis tadi.
וווו×
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...