Kedua tangan Ray masih setia memegang setir mobil miliknya. Pandangannya juga tertuju kedepan sana, yang entah terdapat apa sampai membuat Ray seperti terfokus. Sementara disisi lain, Laura juga tetap menatap kearah luar jendela mobil tanpa mau mengatakan satu patah katapun. Hal itu jelas membuat suasana didalam mobil begitu hening tanpa ada suara dari kedua orang yang ada didalamnya, maupun suara musik yang sebenarnya bisa saja menjadi pemecah keheningan diantara mereka berdua.
Sudah hampir lima belas menit, mereka terdiam seperti ini. Setelah mobil Ray berhenti disamping rumah Laura, Laura maupun Ray menjadi diam membisu seperti ini, dan Laura juga seperti tertahan di mobil ini meskipun rumahnya sudah didepan matanya.
Sudah bertahun-tahun Laura dan Ray tidak ada ditempat yang sama. Tempat dimana hanya ada mereka saja seperti sekarang, walaupun mereka berdua masih setia dengan kebisuannya masing-masing. Bukan hanya itu, mereka juga sudah lama tidak bertemu. Terakhir bertemu saat masih masa-masa SMP, itupun semenjak kejadian antara Laura, Ray, dan Maureen, mereka bertiga menjadi jarang berkomunikasi atau bahkan bisa dikatakan tidak pernah berkomunikasi sama sekali.
Laura tahu, kejadian itu sudah berlalu sangat lama, namun Laura juga tidak tahu kenapa rasa sakit tiba-tiba menyerangnya ketika kembali mengingat masa itu ataupun disaat dia bertemu dengan Maureen. Hal itulah yang membuatnya selalu emosi jika melihat wajah Maureen.
Laura memejamkan matanya sesaat. Dia rasa, dia sudah harus keluar dari situasi ini. Laura memberanikan diri menatap Ray yang tidak bergerak sedikitpun. "Gue keluar. Terima kasih." Tuturnya pelan dengan tangan yang meraih pintu mobil yang ditumpanginya.
"Tunggu, Ra!"
Seperti ada benda tidak kasat mata yang meremas bagian hatinya ketika Ray mencegah dirinya keluar dari mobil dengan cara menyentuh tepat dipergelangan tangan Laura yang terbebas.
Laura terdiam tanpa mengatakan apapun. Jujur, Ray masih menempati posisi utama dihatinya, posisi yang bahkan tidak pernah bisa digantikan oleh orang lain termasuk juga Noven.
"Kita butuh bicara." Lanjut Ray dengan menatap Laura yang juga tengah menatapnya.
Lagi-lagi Laura terdiam. Sudah lama bahkan sangat lama Laura membiarkan opininya menguasai otak dan hatinya tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Maureen maupun Ray.
Melihat Laura yang hanya terdiam, membuat Ray kembali berucap setelah beberapa kali menghela napasnya. "Kejadian itu bukan salah Maureen, Ra."
"Gue udah tau, kalo itu yang akan lo omongin. Pada dasarnya lo selalu belain Maureen."
"Bukan kaya gitu. Ini kesalah pahaman!" Tegas Ray dengan cepat. "Bukan Maureen yang mencintai gue, tapi gue yang mencintai Maureen sejak awal. Jadi, kalo lo mau nyalahin seseorang, lo lebih pantes nyalahin gue!" Lanjut Ray setenang mungkin.
Ray sadar, masalah ini harus diluruskan secepatnya. Sudah cukup bertahun-tahun lamanya masalah ini terabaikan begitu saja. Ray tidak ingin jika dengan kesalah pahaman ini, membuat Laura semakin membenci Maureen. "Sebelum gue mengatakan kalo gue mencintai Maureen, Maureen gak pernah tau tentang itu. Jadi, ini murni kesalahan gue. Gue emang terlalu banci untuk ngungkapin segalanya."
Sekian lama mata Laura nampak selalu bening, kini mata itu mulai berkaca-kaca dengan warna merah yang mendominasi. "Kenapa harus ada kata 'kita' kalo sebenarnya, lo mencintai Maureen bukan gue?"
"Itu juga kesalah gue. Gue yang gak tahu harus jelasin dari mana saat gue tahu kalo kalian salah mengartikan semuanya. Semua perilaku gue yang sebenarnya gue tunjukan buat Maureen bukan buat lo." Jelas Ray tanpa mau memutuskan pandangan antara mereka.
"Maureen gak salah, Ra. Gue yang salah. Gue yang udah lukain kalian berdua, gue minta maaf!"
Pada akhirnya air mata yang sudah Laura tahan sejak tadi, meluruh juga. Meluruh bersama luka lama yang kembali terbuka lebar. Sebenarnya kebenaran macam apa ini, kebenaran yang ternyata lebih menyakitkan dari opini Laura sebelumnya. Laura kira, jika dulu Maureen lah yang mencintai Ray, Maureen yang berhasil membuat Ray mencintai gadis itu meskipun saat itu Ray berstatus kekasih Laura. Ternyata semua itu salah besar, Laura lah yang sudah terlalu meninggikan dirinya dan menganggap jika Ray mencintainya yang justru tenyata mencintai sahabatnya sendiri, Maureen.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...