Kaki Maureen terus melangkah menyusuri koridor yang sudah nampak sepi. Dia baru saja keluar dari dalam kelasnya setelah piket dengan beberapa teman sekelasnya yang kini sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
Maureen menghembusakan napasnya pelan saat dirinya melihat hujan mulai turun. Tidak tanggung-tanggung karena hujannya langsung deras membuat paving yang tadinya tidak basah, kini mulai tergenang oleh air hujan.
Ditatapnya lapangan basket yang masih nampak dari tempatnya berdiri. Disana sudah tidak ada siswa siswi yang berlaku lalang, begitupun dengan koridor disekitarnya.
Mata Maureen sempat terbelalak kaget saat dia memutar tubuhnya hendak melangkah kembali. Dia mendapati ketiga siswa yang sudah berdiri dihadapannya dengan ekpresi berbeda-beda. Ketiga lelaki itu masih menggunakan seragam basket dengan keadaan yang sedikit basah, sepertinya mereka sempat kehujanan.
"Udah selesai piketnya?" Noven, lelaki yang berdiri paling depan itu bertanya kepada Maureen yang kini terlihat diam saja.
Maureen mengangguk singkat. "Udah kok. Mau langsung pulang?" Tanya Maureen sambil melirik kedua lelaki yang tak lain Azril dan Kelvin yang kini menatap Maureen dengan tatapan seolah menggodanya.
Sejak tadi Noven memang menunggu Maureen bersama kedua sahabatnya di bawah, lebih tepatnya dilapangan basket sambil bermain basket bersama beberapa siswa lain.
Noven melirik kedua sahabatnya yang kini nampak memasang tampang bodohnya. "Duluan!" Tuturnya terdengar ambigu kepada Kelvin dan Azril. Noven tahu jika sejak tadi mereka berdua membuat Maureen sedikit tidak nyaman karena dimanapun tempatnya, mereka pasti akan menggoda Maureen dan juga Noven melalui tatapan atau semacamnya.
Azril dan Kelvin mengangguk dengan senyum penuh maksud. "Iya, iya. Gue duluan deh. Yuk, Vin!" Azril berujar dengan menarik paksa Kelvin untuk ikut dengannya.
Mereka berdua berjalan meninggalkan Noven dan Maureen. Setelah jaraknya sedikit jauh, Azril dan Kelvin tertawa bersama membuat Noven menggeram kesal sampai melemparkan sebuah botol yang ada ditangannya kearah mereka berdua.
"Woyy, santai dong, Nov!" Kelvin berteriak dengan menatap Noven. Untung saja botol tersebut tidak mengenainya maupun Azril.
"Gila." Desis Noven saat melihat kedua makluk didepannya kembali tertawa.
Maureen yang melihat hal tersebut hanya geleng-geleng kepala. Dia berusaha memaklumi tingkah kedua sahabat Noven yang memang terkadang seperti itu.
"Kamu tunggu sini dulu, yah. Aku mau ganti baju dulu!"
Maureen kembali menatap Noven yang berujar dengan sedikit kenarik kaos yang digunakannya. "Ya udah, tapi boleh minjem ponsel kamu?" Tanya Maureen sambil mengadahkan tangan kanannya kearah Noven.
Noven sempat menaikan sebelah alisnya bingung, namun didetik berikutnya Noven menyerahkan ponsel yang ada didalam tasnya kepada Maureen. "Jangan kemana-mana!" Perintah Noven sambil mengacak rambut Maureen sebelum pergi dari hadapan Maureen.
וווו×
Ponsel ditangannya tersebut menyala seketika setelah diusapnya layar tersebut keatas. Maureen sedikit tercangang melihat sebuah foto yang dijadikan wallpaper ponsel tersebut. Itu adalah foto Maureen yang sepertinya diambil secara diam-diam. Foto tersebut memperlihatkan senyuk Maureen yang sangat lebar sampai matanyamenyipit.
Beberapa detik setelah Maureen memperhatikan foto tersebut, kini Maureen tersenyum kecil menyadari jika Noven memang sudah memilihnya menjadi seseorang yang singgah dihatinya, hati yang Maureen kira sangat keras dan dingin untuk ditembusnya, dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...