Part 65• Restauran

28.7K 1.3K 12
                                    

Dengan kasar Maureen menutup pintu kamarnya dan dia segera menguncinya disaat dia tahu jika Alesha akan menghampirinya karena Maureen tiba-tiba berlari tanpa mengucapkan salam sama sekali setelah masuk kedalam mansion.

"Sayang buka pintunya!"

Suara Alesha mulai terdengar bersamaan dengan suara ketukan pintu yang keras. Maureen yang masih berdiri dibalik pintu kamarnya, terus bersandar pada pintu tersebut. Dia enggan menjawab ucapan Alesha maupun membukakan pintu kamarnya.

"Sayang kamu kenapa?" Teriak Alesha lagi yang merasa cemas karena Maureen pulang dalam keadaan menangis. Maureen juga tidak pulang bersama Gio, gadis itu pulang sendiri dengan taxi.

"Mah, Maureen udah pulang?"

Maureen bisa mendengar suara Gio diluar sana. Entah kenapa Maureen justru semakin terisak hebat mendengar suara kakaknya tersebut. Untuk kesekian kalinya, Gio membuat Maureen menangis, Gio membuat Maureen kecewa.

"Gio, sebenarnya ada apa. Kenapa Maureen gak pulang sama kamu, terus nangis kaya tadi?"

"Gio bisa jelasin semuanya nanti, mah." Ucap Gio, sementara Maureen memilih menuju ketempat tidurnya dan segera menghempaskan tubuhnya kesana.

"Maureen buka pintunya dulu!"

Gio masih terus berteriak dengan mengedor-gedor pintu kamar Maureen. Maureen lelah, dia tidak ingin berbicara kepada siapapun untuk sekarang. Hatinya terlalu sakit, rasa sakit yang ditimbulkan oleh keluarganya sendiri.

"Kenapa kak Gio, mamah, dan papah buat Maureen sedih?" Lirih Maureen sambil memejamkan matanya untuk sedikit menghilangkan rasa lelah dan sedihnya, meskipun hanya sementara waktu.

Ditempat lain, Nova nampak berdiri dibalik kaca lebar nan tinggi itu dengan pandangan yang menerawang. Gadis itu tengah menatap Noven yang tengah meninju-ninju samsak yang ada didepannya.

Nova tahu jika kembarannya itu sudah mendengar kabar menyakitkan itu dari Maureen. Nova yang saat itu mengikuti larinya Maureen jadi tahu jika Maureen bertemu dengan Noven dan menceritakan itu semua.

Disaat yang seperti ini, Nova tidak bisa melakukan apapun. Dia juga sama terkejutnya dengan Noven dan Maureen. Nova juga dapat merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh kembarannya, dan rasa ini benar-benar menyiksa.

"Nova."

Nova membalikan badannya dan menatap bundanya yang sudah ada dibelakangnya. "Bun, kak Noven." Lirih Nova sambil menatap Noven yang masih memukuli samsaknya dengan wajah memerah padam.

Nindy ikut menatap putranya tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara tangannya mengusap rambut Nova lembut. "Kakak kamu akan baik-baik aja." Katanya menyakinkan.

"Aku takut kak Noven kaya dulu lagi, Bun. Kenapa sih, ayah ngambil keputusan yang udah jelas-jelas buat kak Noven kaya gini?" Keluh Nova lemah. Dia tidak ingin Noven seperti disaat lelaki itu dihianati oleh Laura.

"SIAL."

BUGH

Nindy memejamkan matanya rapat ketika melihat putranya yang begitu emosi. "Bunda akan jelasin ke kamu, sayang. Ayo, ikut bunda!" Ajak Nindy setelah matanya sudah terbuka. Nova tidak banyak bertanya, dia hanya langsung mengikuti kepergian Nindy.

וווו×

Kesedihan pasti selalu datang setelah kebahagiaan, begitu pula dengan kebahagiaan yang akan datang setelah kesedihan. Inilah roda kehidupan yang terkadang menjungkir balikan perasaan.

Kemarin tertawa, tapi besoknya menangis, itu adalah hal yang biasa terjadi. Memang benar sebuah kalimat yang menyatakan 'Jangan terlalu bahagia sampai lupa akan kesedihan, dan jangan terlalu bersedih sampai lupa akan kebahagiaan' pada nyatanya kalimat tersebut memang ada benarnya. Terkadang manusia terlalu bahagia sampai melupakan disaat mereka bersedih, begitupun sebaliknya. Jadi hidup itu memang haruslah seimbang seperti halnya antara dunia dan akhirat.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang