Maureen berdiri dari duduknya dan melangkah menuju salah satu laci yang tak jauh dari tempatnya semula.
Maureen membuka laci yang berada di ruang keluarga Maureen. Setelah laci itu terbuka, Maureen segera meletakan sebuah kotak bergambar plus berwarna merah itu kedalamnya.
Malam ini Maureen dikejutkan dengan kedatangan Noven ditambah dengan luka dikedua punggung tangan Noven yang terlihat parah yang sepertinya sudah diobati, namun anehnya tidak diperban. Maureen yang melihat itu pada akhirnya memperban luka itu karena Maureen tidak mau jika luka itu terifeksi. Maureen tidak tau apa penyebab luka itu karena Noven sendiri yang tidak ingin menjawab pertanyaan Maureen yang menanyakan hal itu.
"Reen."
Maureen yang sedikit terkejut, segera memutar tubuhnya menghadap kebelakang. Didetik selanjutnya, mata Maureen melotot setelah mendapati Noven yang sudah berada dihadapannya, padahal Maureen sama sekali tidak mendengar langkah kaki sebelumnya. "Ada apa, Nov?" Tanyanya setelah keterkejutannya sedikit menghilang.
"Noven." Maureen terpekik kaget dengan mata indahnya yang melototi Noven setelah lelaki itu menarik pinggangnya untuk mendekati Noven.
Maureen menatap kesekelilingnya, takut-takut ada yang melihat perilaku Noven yang akhir-akhir ini memang terlihat aneh menurut Maureen.
"Gak ada orang lain, sekalipun ada mereka gak akan mempermasalahkan ini."
Maureen yang mendengar hal itu langsung saja menatap Noven dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aku boleh minta sesuatu dari kamu?" Noven melanjutkan ucapannya dengan kedua tangan yang masih setia berada di pinggang Maureen.
Noven menunggu Maureen yang masih saja diam membisu seperti tengah memikirkan sesuatu. Jujur dalam lubuk hatinya Noven, Noven bimbang harus mengambil keputusan apa. Satu sisi Noven tidak mau Maureen terluka, tapi disisi lain dia juga tidak mau kehingangan Maureen karena baginya Maureen adalah miliknya.
Noven harus meminta hal ini dari Maureen agar dirinya tidak merasa takut Maureen akan pergi darinya saat dirinya tengah menjalankan suatu rencana, dan agar Maureen tidak salah paham nantinya.
Disisi lain, Maureen menatap lekat kearah mata Noven yang terlihat sangat serius kali ini. "Kalau aku bisa, pasti akan aku kasih." Katanya setelah menimbang-nimbang jawaban yang dia berikan kepada Noven.
"Sebenarnya apa yang kamu minta, Nov?"
Maureen sempat terkejut karena dengan tiba-tiba sebelah tangan Noven menagkup pipinya. Noven, seorang yang terkenal akan kedinginanya dan kedatarannya, tapi kini dihadapan Maureen itu tak lagi terjadi.
"Aku mau kamu berjanji sama aku kalo apapun yang akan terjadi besok dan kedepannya kamu harus percaya sama aku. Kamu juga harus percaya_"
Maureen menatap tangannya yang tengah dibawa Noven menuju tepat didada bidang lelaki itu."Disini, mulai saat itu cuma ada cinta buat kamu, bukan buat orang lain."
Maureen menatap tak percaya kepada Noven. Memang ini bukanlah kali pertama Noven mengatakan cinta kepadanya, tapi Maureen tetaplah merasatidak percaya dengan ini semua.
Dimata Noven, Maureen tidak menemukan sebuah kebohongan, namun yang ada hanyalah keseriusan disana. Waktu itu Maureen memang tak membalas ungkapan cinta Noven, tapi setelah hari ini dimana dia melihat Noven yang serius akan hubungan mereka, biarkanlah Maureen mencintai Noven dengan terus terang. Nyatanya Maureen memanglah sangat mencintai lelaki didepannya ini.
Tangan Maureen kini dengan berani mengusap rahang tegas milik Noven, membuat Noven memejamkan matanya dengan tangan yang menggenggam tangan Maureen,. Sesekali dia juga mencium telapak tangan Maureen yang ada di rahangnya, membuat Maureen merona malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...