Part 41• Cincin Pertunangan

48.8K 2.1K 6
                                    

Noven masih mempertahankan posisinya memeluk Maureen yang masih terus terdiam ini. Dia juga ikut menatap kedepannya dimana itu yang menjadi alasan keterdiaman Maureen.

"Untuk kamu."

"No-noven, ba-bagaiman bisa?" Tanya Maureen tergagu dengan tatapan yang masih terfokus dengan apa yang ditatapnya sekarang.

"Tentu aja bisa." Ujar Noven dengan tersenyum kecil.

Maureen tak berucap kembali, gadis itu justru melepaskan pelukan Noven dengan hati-hati dan setelahnya dia memilih berjalan menuju samping tempat tidur Noven.

Pandangannya tak lepas dari sesuatu yang sangat membuatnya terkejut dan juga kagum. Disentuhnya sebuah dinding dengan tangan kanannya, dinding yang sekarang bukan lagi berwarna abu-abu tapi berwarna coklat, hitam, merah muda, putih, dan beberapa warna lainnya yang biasa dikatakan dengan mural dan mural tersebut membentuk wajah seseorang sampai bagian lengannya dan wajah itu adalah wajah Maureen.

Mural tersebut ada dibagian tembok belakang tempat tidur Noven dengan sebuah nama di atasnya yaitu 'MAUREEN'. Mural itu sangat terlihat indah karena sama persis dengan foto Maureen yang seingatnya itu adalah salah satu fotonya yang dia unggah di instagram miliknya.

"Siapa yang buat ini, Nov?" Maureen bertanya kepada Noven yang sudah berada disampingnya.

Noven tersenyum, dilihatnya mural yang terlihat sangat indah itu. "Aku." Satu kata yang terucap namun membuat Maureen semakin terkejut.

Ditatapnya Noven yang belum mengalihkan pandangannya dari karya mural didepannya. "Be-beneran kamu?"

"Emangnya sangat terlihat gak mungkinnya yah?"

"Bukan gitu, tapi selama ini aku gak tau kalo kamu bisa buat mural sebagus ini."

Noven menatap Maureen dengan tubuh Maureen yang dia putar agar menghadapnya. "Karena sesuatu yang istimewa buat seseorang yang istimewa."

Maureen tersenyum dengan pipi yang mulai memanas mendengar penuturan Noven itu. "Kapan kamu buat ini?"

"Dari beberapa hari yang lalu, dan baru jadi sekarang."

Maureen menatap mural itu lagi. "Jadi ini yang dimaksud Nova?"

"Iya. Awal mereka tau aja, aku kena marah sama ayah."

Maureen menatap Noven kembali dengan senyum tulusnya. Dirinya dengan tiba-tiba memeluk leher Noven membuat Noven terhuyung kebelakang, jika dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sudah jelas mereka berdua akan terjatuh bersama. "Terima kasih."

Noven membalas pelukan tersebut dengan memeluk pinggang Maureen erat. Dia bahagia jika Maureen juga bahagia apalagi jika kebahagian Maureen bersumber darinya.

Maureen tidak tau kata apa yang bisa menggambarkan kebahagiaannya kali ini, rasanya dengan mengucapkan terima kasih saja masih kurang. Maureen tak pernah menyangka Noven akan memberikan hal semacam ini untuknya, itu sudah menjadi bukti jika Noven memang mencintainya kan?

Maureen hendak melepaskan pelukan mereka, namun karena bergerakannya yang cepat justru membuat tubuhnya terhuyung kebelakang sampai jatuh tepat di kasur Noven.

Noven yang juga tidak siap, dirinya jadi ikut terjatuh bersama dengan Maureen lebih tepatnya terjatuh disamping Maureen. Mereka berdua secara bersamaan menatap kearah lehernya masing-masing dan ternyata yang membuat mereka terjatuh adalah cincin dikalung yang digunakan mereka saling mengait.

Noven menatap Maureen begitupun sebaliknya dan detik berikutnya mereka tertawa bersama, tawa yang menertawakan diri mereka sendiri.

"Ini hal langka loh, Nov." Ujar Maureen disela-sela tawanya.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang