EPILOG

54.1K 1.5K 7
                                    

Hari terus berganti menyisakan sebuah kenangan disetiap harinya atau mungkin disetiap jamnya. Terhitung sudah kurang lebih lima bulan semenjak Noven berlibur ke Raja Ampat bersama dengan yang lainnya, selama ini pula mereka disibukan dengan kegiatan-kegiatan kelas dua belas yang menjelang Ujian Nasional.

Kini Noven dan yang lainnya sudah melewati masa-masa tersebut, dan kini mereka tinggal menunggu hasil dari usaha yang mereka lakukan untuk selama ini.

Noven yang kini lengkap memakai seragam sekolahnya itu, sudah berdiri didepan sebuah pintu dan tangannya segera meraih kenop pintu tersebut untuk membukanya secara perlahan.

Pintu telah terbuka dan dengan langkah kaki yang tidak bersuara sedikitpun, Noven masuk kedalam kamar yang luas itu. Pertama kali yang Noven lihat adalah seseorang yang masih terlelap dengan selimut bermotif mawar merah yang menutupi tubuh itu dari ujung kaki sampai sebatas dagu.

Noven tersenyum sambil menggelengkan kepalanya singkat. Lelaki dengan seragam yang dikeluarkan tersebut memilih menghampiri tempat tidur setelah menutup pintu kamar ini.

"Jam segini belum bangun?" Ujar Noven lirih saat melihat jam dinding yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Noven duduk ditepi tempat tidur dengan tangan yang berusaha menyingkirkan helayan rambut yang menutupi wajah cantik gadis yang ada didepannya.

Mata itu mulai mengerjab singkat membuat tangan Noven lekas menjauh dari wajah tersebut, mungkin dia terganggu dengan kedatangan Noven. Akhirnya Noven memilih membiarkan gadis itu sadar terlebih dahulu.

"Noven." Gadis itu segera bangkit berdiri saat melihat Noven yang duduk disampingnya. "Kamu kenapa disini?" Tanyanya dengan ekspresi terkejutnya.

"Mau jemput kamu pergi sekolah, Reen." Sahutnya enteng.

Maureen melotot mendengar hal itu, dan gadis dengan rambut yang tergerai itu segera menatap kearah jam dinding yang ada di kamarnya. "Ya ampun, Nov. Aku telat." Heboh Maureen saat melihat waktu sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima menit.

Maureen segera menyingkap selimutnya kemudian berdiri dengan panik. "Gimana ini, Nov? Tunggu, Nov, aku mau mandi!" Ujar Maureen.

Noven menggelengkan kepalanya singkat melihat raut panik Maureen. Lelaki tersebut segera menarik salah satu tangan Maureen saat gadis itu hendak pergi ke kamar mandi, membuat tubuh Maureen terduduk dipangkuan Noven beriringan dengan pekikan kaget gadis itu.

"Nov." Suara Maureen melirih saat menatap mata Noven dalam keadaan dirinya yang masih dipangkuan Noven dengan kedua tangan yang melingkar dileher Noven secara refleks.

Ini untuk pertama kalinya Maureen berada didalam situasi seperti ini dengan Noven, dan hal itu membuat kesehatan jantungnya tidak baik karena terus berdegup dengan cepat dari biasanya apalagi dengan adanya tangan Noven yang melingkar di pinggangnya untuk menjaga agar Maureen tidak terjatuh.

"Jangan panik, sekalipun kita bolos hari ini, gak masalah karena kita gak ada kegiatan belajar mengajar lagi." Ingat Noven kepada Maureen. Noven juga sempat menahan senyumnya saat melihat kedua pipi putih Maureen yang kini justru berwarna merah.

"Tapi selama ini aku gak pernah bolos." Jawab Maureen polos yang membuat Noven terkekeh sambil mencolek hidung mancung Maureen.

"Kamu mau kita ke sekolah aja?"

"Iya, tapi jelas udah telat. Kalo gak dibolehin masuk, gimana?"

"Ya udah kita tetep berangkat hari ini. Dan masalah itu biar aku yang urus nanti." Ucap Noven yang memahami Maureen. Noven tahu jika Maureen itu adalah gadis baik-baik yang tidak suka membolos sepertinya, jadi wajar saja jika Maureen tadi sangat panik.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang