Maureen melangkah dengan langkah santainya menuju pintu balkon yang masih tertutup rapat. Matahari sudah mulai meninggi, dan kini Maureen sudah bangun lebih dulu dari suaminya.
Perlahan, Maureen membuka tirai penutup pintu balkon yang terbuat dari kaca ini dan tidak lupa juga jendela yang berada tidak jauh dari balkon kamarnya, membuat cahaya matahari langsung menerobos masuk kedalam kamarnya. Setelah itu, Maureen juga tidak lupa bergerak membuka pintu balkon kamarnya yang langsung disambut dengan udara pagi yang masih berembun.
Maureen terus melangkah sampai menuju pembatas balkon yang terdapat beberapa pot bunga kesukaan Maureen. Mencoba menghirup dan merasakan udara pagi yang begitu segar dengan pemandangan halaman mansion yang terlihat hijau dengan sebuah taman luas yang diapit oleh dua jalan disisinya.
Maureen sungguh menyukai suasana seperti ini.
Maureen membalikan badannya hendak membangunkan Noven, namun baru saja membalikan badannya tapi ternyata Noven sudah berdiri persis dihadapannya dengan pakaian tidur yang masih melekat ditubuhnya.
"Bikin kaget aja, sih?" Kata Maureen yang memang terkejut dengan kehadiran Noven.
Noven tersenyum singkat dan melangkah kedepan, membuat Maureen mundur sampai kakinya menyentuh pembatas balkon. "Maaf untuk itu." Katanya sambil mencium singkat pipi Maureen, sementara kedua tangannya melurus menyentuh pembatas balkon dan mengurung tubuh Maureen diantara kedua tangannya.
"Kamu gak mual lagi?" Tanya Noven sambil menatap Maureen.
Maureen menggeleng singkat. Dia memang tidak merasakan mual sejak tadi. "Enggak, kok." Jawabnya dengan apa adanya. "Sana mandi dulu!" Lanjutnya sambil sedikit mendorong dada Noven.
Noven menggeleng singkat membuat Maureen menaikan kedua alisnya. Kemudian salah satu tangan lelaki itu mengusap pelan perut Maureen yang membuat bulu kuduk Maureen meremang seketika.
"Noven." Panggilnya sambil menyentuh tangan Noven yang masih mengusap perutnya. Rasanya geli bercampur malu jika Noven melakukan hal semacam ini.
Noven tersenyum singkat melihat rona merah dikedua pipi Maureen. Ternyata setelah beberapa bulan menikah, Maureen masih saja malu dengannya. Lalu tangannya yang lain kini mulai menyentuh pinggang Maureen dan menarik Maureen semakin dekat kearahnya.
Cup
Maureen memejamkan matanya, dan membiarkan saja benda basah dan kenyal itu menyentuh bibirnya.
וווו×
"Assalammualaikum, kakak dan kakak ipar."
Secara bersamaan Noven dan Maureen menjawab salam itu lirih sambil menatap kearah sumber suara tersebut yang ternyata adalah Nova.
Nova berjalan menghampiri Noven dan Maureen yang sudah duduk di meja makan dan siap untuk sarapan bersama. Sesampainya disamping Maureen, Nova juga tidak lupa untuk mencium sekilas pipi kakak iparnya itu, setelahnya dia langsung duduk disampingnya Maureen dengan tatapan intimidasi dari Noven yang sejak tadi tertuju kepadanya.
"Ngapain pagi-pagi kesini?"
Nova menyilangkan kedua tangannya diatas meja, kemudian gadis itu tersenyum lebar sambil menatap kembarannya itu. "Mau numpang sarapan." Katanya tanpa pikir panjang.
Noven memutar kedua bola matanya malas, sementara Maureen yang baru saja duduk setelah meletakan nasi dan lauk kedalam piring Noven tersenyum kecil. "Ya udah, makan aja, Va!" Katanya yang disambut anggukan antusias oleh Nova.
"Apa di rumah gak ada makanan?" Tanya Noven dengan nada datar.
Nova menyengir kuda sambil mengambil nasi yang ada di meja makan. "Ada, sih, cuma makan sendiri rasanya gak enak. Jadi mending dateng ke sini aja." Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...