"Kita kenapa kesini?" Maureen menatap Noven yang duduk disampingnya persis.
Mengingat Maureen yang menggunakan dres selutut, maka Maureen memilih duduk dengan meluruskan kedua kakinya karena mereka duduk tanpa alas diatas lantai.
Noven tak menjawab, lelaki itu justru membaringkan tubuhnya diatas lantai dengan kedua tangan yang digunakannya sebagai bantalan.
"Noven, kamu denger aku kan?"
Maureen mendengus kesal saat Noven hanya diam saja tanpa menatap dirinya, lelaki itu justru sibuk menatap langit yang dihiasi bintang dan bulan.
"Noven." Maureen merengek kecil dengan menarik lengan tuxedo yang digunakan lelaki itu. Bagaimana bisa Noven hanya diam saja padahal lelaki itulah yang mengajak Maureen ke rooftop yang berada di mansion Ballar ini.
Noven menatap Maureen dengan kekehan kecil. Rasanya menggoda Maureen adalah hal yang tidak boleh dilewatkan sama sekali. "Apa sih, Reen?"
Maureen memalingkan wajahnya begitu saja dengan bibir mengerucut kesal. Hal itu justru membuat senyum lebar Noven semakin nampak.
Dengan menggunakan tangan panjangnya, Noven menarik tengkuk Maureen kearahnya membuat Maureen terpekik kaget dengan kedua tangan yang menyentuh dada bidang Noven. Mata mereka saling beradu dengan debaran tersendiri yang dirasakan oleh keduanya.
"Mau natap aku terus, hem?"
Mata Maureen mengerjap dengan tangan yang refleks memukul pelan dada Noven membuat lelaki itu kembali terkekeh.
Baru saja Meureen hendak membenarkan posisinya ini, namun suara Noven mencegahnya. "Tiduran dilengan aku!" Tutur Noven dengan melirik sekilas lengannya yang masih berada ditengkuk leher Maureen.
Lengan Noven yang ada ditengkuk Maureen mulai melurus kearah sampingnya, membiarkan Maureen melakukan apa yang dia perintahkan tanpa berkomentar sama sekali.
Maureen masih terus terdiam merasakan debaran tidak normal pada jantungnya yang ternyata bertahan lama. Mata indahnya juga tidak lepas dari Noven yang kini melirik kearah jam tangan yang digunakannya.
Mata Noven berpindah melirik Maureen yang masih saja menatapnya, membuat lelaki tersebut menyunggingkan senyum kecilnya. "Coba liat langit didepan sana!"
Dahi Maureen mengerut bingung. "Emang ada apa, cuma bintang sama bulan kan?" Maureen bertanya dengan matanya yang berpaling untuk menatap langit.
Duar
Duar
Duar
Mata Maureen mengerjap berkali-kali dengan remasan tangannya kepada tangan Noven yang menggenggam tangannya. Noven yang melihat ekpresi tersebut hanya terkekeh pelan dan kini ikut menatap langit didepan sana.
Suara-suara keras terus terdengar dikedua telinga Maureen. Kini banyak kembang api yang meletus-letus diatas langit sana dengan berbagai bentuk yang sangat terlihat indah dan juga warna-warni yang saling berpadu menjadi satu.
Maureen berdecak kagum melihat kembang api dari jarak sedekat ini. Maureen yakin jika ini adalah acara penutup yang dikatakan oleh Noven.
Maureen bangkit dari rerebahannya dengan hati-hati dan juga tanpa mengalihkan pandangannya dari langit sana. Maureen kini berdiri dengan tangan yang menggenggam besi pembatas rooftop.
Dibawah sana tepatnya dihalaman mansion sudah berdiri tamu-tamu yang mulai keluar dari tempat acara setelah mendengar suara-suara kembang api. Dan kembang api masih terus bermunculan tanpa henti dilangit sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...