Part 34• Emosi dan Takut

56.4K 2.5K 28
                                    

Moscar menghempaskan tubuhnya pada kasur king size nya dengan posisi tengkurap tanpa menganti seragam sekolahnya maupun melepas sepatu yang dia kenakan.

Tubuh Moscar dia balik menjadi terlentang dengan kedua tangannya yang dia gunakan sebagi bantalan kepalanya, dan matanya menatap kosong kearah langit-langit kamarnya.

Sudah bertahun-tahun Moscar memendam perasaannya kepada Maureen, dan setelah dia mengunggapkan hal itu ada rasa lega tersendiri dihati Moscar karena isi hatinya sudah dia utarakan sepenuhnya kepada Maureen, namun disisi lain dia juga merasa tak nyaman setelahnya terlebih mendapati sikap Maureen yang berubah kepadanya. moscar tau dan paham jika Maureen sangat terkejut dengan pengakuannya.

Sejak Moscar mendengar Maureen mencintai Noven, dia mencoba menahan dirinya untuk tidak berteriak jika dia mencintai Maureen. Pengendalian terhadap dirinya itu melemah disaat dia harus melihat Maureen yang tersakiti oleh perasaan gadis itu kepada Noven, dan semuanya sampai pada puncaknya disaat dia tau Noven yang terus membuat Maureen sedih sampai Moscar memilih untuk mengatakan cinta kepada Maureen.

Moscar menghembuskan napasnnya kasar dengan mata yang mulai terpejam merasakan nyeri dalam hatinya karena dia dan Maureen terjebak dalam zona friendzone.

Ingatannya juga mengingat kejadian diparkiran tadi apalagi ucapan Maureen. Jika dipikirkan memang ada benarnya, andai Moscar mengatakan hal ini kepada Maureen sejak dulu mungkin Maureen sekarang sudah menjadi miliknya.

Brukk

Mata Moscar terbuka lebar disaat dia merasakan ada pergerakan lain disampingnya.

"Ngapain lo, asal masuk gak ketok pintu dulu?" Cerocor Moscar saat mendapati sahabatnya tengah berbaring disampingnya.

"Eh itu mulut gak usah ngegas yah kalo ngomong. Orang lo aja yang keasikan bengong sampai gue gedor-gedor pintu kamar lo pun gak akan lo denger."

Moscar mendengus. Sahabatnya ini yang tak lain adalah Jeff memang seperti ini, suka berbuat semaunya.

"Mos, kelonin dong!"

"Gila."

Jeff terkekeh menatap wajah Moscar yang nampak terlihat jijik mendengar penuturannya. "Dingin-dingin gini enaknya kan kelonan Mos."

Cuaca hari ini memang sedikit mendung bahkan rintik hujam mulai membasahi bumi membuat hawa terasa dingin.

Brukk

"Noh sama guling aja!" Ujar Moscar kesal dengan melempar guling kewajah Jeff.

Jeff tertawa puas, setidaknya dia tidak melihat wajah murung dari sahabatnya ini. "Lo tau Mos, lo itu gak cocok masang wajah galau kaya tadi."

"Pantesnya itu lo masang wajah kaya barusan, wajah garang kaya ibu tiri." Lanjut Jeff dengan kekehan kecil dari mulutnya.

"Terserah lo aja, yang waras mah ngalah sama yang gila." Moscar berujar dengan pandangan yang tak lepas dari langit-langit kamarnya.

"Anjay lo yah."

Moscar menghembuskan napasnya kasar. "Gue berasa jadi orang goblog tau gak."

"Tapi kayanya gue emang goblog banget yah?" Ujar Moscar kembali dengan tertawa kecil, tawa yang menertawakan dirinya sendiri.

"Ini tentang Maureen lagi?" Jeff bertanya dengan tepat sasaran karena dia tau sahabatnya ini sangat mencintai gadis yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun lamanya.

Moscar menghela napasnya dengan mata yang seperti menerawang langit-langit kamarnya. "Gue udah nyatain cinta gue ke dia."

"Huh, serius lo?" Jeff terdengar sangat heboh bahkan lelaki itu sampai bangkit dari rerebahannya dengan terkejut.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang