Part 10• Double Shame

53.1K 2.7K 31
                                    

Noven hanya diam saja disaat dia tengah bersama keluarga lelakinya. Mereka tengah menceritakan masa kecil Noven kepada Farhan dan Gio yang tentu membuat lelaki itu sedikit jengah. Bagaimanapun masa kecil baginya adalah sebuah aib.

Mata Noven melirik kearah kanannya, dan terlihat disana ada Maureen yang tengah duduk disebuah ayunan dari kayu berhias bunga yang membelit disetiap sisinya. Disana Maureen melamun, dan sepertinya tidak ada yang menyadari Maureen ada disana karena posisi Maureen jauh dari kerumunan para tamu.

"Yah, aku nyamperin Maureen dulu." Izinnya kepada ayahnya yang dibalas senyum-senyum oleh ayahnya maupun yang lainnya.

"Ya udah sana, temuin tunangan kamu." Ucap Erlandra dengan niat menggoda putranya itu.

Noven hanya tersenyum kecil, dan segera berjalan meninggalkan ayahnya dengan menggerutu kesal disepanjang jalan. Sempat-sempatnya ayahnya itu menggoda dirinya.

Langkah Noven terus menuju kearah Maureen, dia harus berbicara kepada Maureen secepatnya, sebelum dia lupa akan sesuatu yang ingin dia bicarakan sedari tadi.

Dilihatnya tubuh Maureen tersentak kaget saat Noven duduk dihadapannya dengan tiba-tiba karena ayunan itu saling berhadapan. Dan Noven sendiri tidak memperdulikan keterkejutan Maureen, karena yang penting sekarang adalah niat Noven kesini.

"No-noven."

Noven tersenyum miring melihat Maureen terkejut akan kedatangannya dan juga tergagu dengan tiba-tiba setelah melihatnya.

Noven merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya.

Dahi Maureen mengerut bingung melihat dua buah kalung emas di telapak tangan Noven yang baru saja lelaki itu keluarkan dari sakunya.

"Itu apa?" Tanya Maureen sambil menunjuk kalung tampa liontin itu.

Noven berdecak, dia juga sempat memutar bola matanya malas. "Lo gak liat kalo ini kalung?"

"Bukan itu. Gue tau kalo itu kalung, tapi buat apa?"

"Bodoh."

Mata Maureen melotot kearah Noven setelah dia mendengar ejekan yang dengan mudahnya terlontar dari mulut Noven. Ternyata Noven itu menyebalkan, tapi entah kenapa Maureen tetap mencintai lelaki dihadapannya ini.

"Liat!"

Seperti perintah Noven, Maureen memperhatikan gerak-gerik tangan Noven.

Dahi Maureen berkerut saat dilihatnya Noven yang melepaskan cincin pertunangan mereka.

"Nov, ap_"

"Gak usah komen dulu!" Potong Noven cepat yang membuat Maureen diam seketika.

Dilihatnya Noven yang memasukan cincin tersebut ke dalam kalung itu. Maureen sekarang mulai paham dengan apa yang dilakukan oleh Noven, terlebih setelah lelaki itu mengaitkan kalung tersebut dilehernya.

Setelah kalung itu terpasang dengan sempurna dileher Noven, Noven segera memasukannya kedalam kemejanya, membuat kalung beserta cincin itu tidak terlihat lagi.

Noven mengulurkan kalung yang satunya lagi kepada Maureen, dengan cepat juga Maureen mengambilnya.

Maureen melakukan apa yang tadi di contohkan oleh Noven, namun disaat ingin mengaitkan kalung tersebut, Maureen merasa kesusahan.

"Kok susah, sih?"Gerutu Maureen sedikit kesal.

"Bodoh. Sini!"

Noven merebut kalung yang sudah ada sebuah cincin yang menggantung disana. Maureen sendiri diam membisu dan menatap Noven dengan tatapan bingungnya.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang