Nyaman, Maureen mendapatkan rasa nyaman dalam pelukam Noven. Bahkan bukan hanya rasa nyaman, tapi juga rasa aman.
Dalam pelukan Noven, Maureen terus terisak pelan disaat ingatannya kembali pada kejadian beberapa menit yang lalu. Gadis itu juga meremas kuat jaket yang dikenakan Noven dengan kedua tangannya untuk melampiaskan apa yang dia rasakan.
Awalnya Maureen ingin menemui Azril yang tidak sengaja dia lihat sedang bersama Kelvin dalam kerumunan orang-orang tadi. Maureen pikir, mungkin saja Azril bisa melakukan sesuatu agar Maureen bisa melewati jalan yang sepertinya menjadi start dan finish dari balapan liar tersebut.
Tapi yang terjadi disaat dia melangkah kekerumunan itu adalah, ada seorang lelaki yang menggodanya. Maureen sudah berkali-kali menghindar bahkan tidak menjawab setiap ucapan lelaki itu, tapi lelaki itu tidak tinggal diam, dia justru menarik Maureen dengan paksa agar menjauh dari kerumunan orang. Sopir keluarga Maureen yang melihat kejadian itu, ikut mengejar mereka, tapi niatnya yang ingin menyelamatkan nonanya justru berakhir dengan dirinya yang terkapar karena tidak bisa melawan lelaki itu yang menghajarnya beberapa kali.
Maureen histeris, tentu saja hal itu terjadi karena pikirannya sudah diisi dengan hal yang tidak-tidak. Ketakutan dan tangisnya bercampur menjadi satu, terlebih disaat lelaki itu berusaha menyentuh bahkan menciumnya, dan untunglah Noven datang disaat yang tepat.
Maureen tidak tahu bagaimana nasibnya jika Noven tidak datang diwaktu yang tepat. Dia tidak mau sesuatu yang sudah dia jaga selama ini akan hilang oleh lelaki brengsek seperti itu.
"Jangan nangis."
Maureen tidak peduli dengan ucapan-ucapan Noven yang menyuruhnya menghentikan tangisannya. Yang dia butuhkan saat ini hanya melampiaskan rasa takutnya dengan sebuah tangisan saja. Dia juga melupakan kenyataan jika seseorang yang memeluknya adalah seseorang yang selama ini hanya berperan sebagai tunangannya didepan keluarga dan orang yang seolah tidak mengenalnya jika berada diluar sana.
"Kita pulang!" Ajak Noven sambil membantu Maureen berdiri.
Maureen menurut, sedangkan Azriel dan Kelvin menatap aneh kearah Noven. Sejak kapan Noven care dengan Maureen? Pikir mereka tanpa mengalihkan tatapannya dari Noven dan Maureen.
"Apa perlu gue hubungin Moscar?"
Pergerakan Noven yang hendak memapah Maureen terhenti seketika. Dia menatap tajam Azril yang baru saja berucap. "Gak usah." Jawabnya dingin dan tegas.
"Tap_"
"Gue bilang gak usah, ya, gak usah. Lagian dia cuma pacarnya sedangkan gue tunangannya, jadi biar gue aja, ngerti?" Suara Noven meninggi di kalimat terakhir dengan mata yang menatap tajam Azril dan juga Kelvin.
Sementara disisi lain, Kelvin dan Azril menatap tak percaya kearah Noven. Apakah mereka tidak salah mendengarnya? Pikir mereka.
Azril dan Kelvin saling tatap satu sama lain, sebelum suara Noven menyadarkan mereka berdua kembali. "Bawa sopir Maureen!" Titahnya tidak bisa dibantah.
Setelah mengatakan itu, Noven pergi meninggalakan mereka berdua yang masih diam dengan pikirannya masing-masing. Masa bodoh dengan apa yang dia katakan tadi, karena emosinya masih menguasai dirinya membuat dia tidak dapat berpikir jernih. Lagi pula rahasia itu dia katakan hanya kepada sahabatnya yang sangat dia percaya, dia yakin mereka tidak akan mengatakannya kepada orang lain.
וווו×
Noven yang berdiri disamping sebuah ranjang, terus mengarahkan tatapannya kearah seorang gadis yang terselimuti oleh selimut tebal tengah terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...