Suasana diantara kedua orang yang berada di taman itu terlihat begitu canggung. Sejak lima belas menit yang lalu, keduanya saling diam, membuat keheningan malam semakin terasa.
Di taman kota ini, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang didepan kedua orang yang kini tengah duduk didua ayunan yang berbeda itu. Sang lelaki duduk diam, sementara sang gadis beberapa kali menggerakkan ayunan yang di duduki mengunakan kakinya.
Pertemuan ini memang sudah mereka rencanakan, namun kecanggungan diantara mereka ternyata mampu melenyapkan segala sesuatu yang mereka susun sebelum mereka bertemu.
"Ray."
"Ra."
Laura mengerjabkan kedua kelopak matanya singkat setelah dirinya dan Ray saling memanggil bersamaan. Mereka berdua kini juga saling tatap, membuat debaran itu tiba-tiba singgah kembali didalam hati Laura.
"Lo duluan aja!" Ujar Laura pada akhirnya.
Ray diam sesaat, kemudian dilanjutkan dengan helaan napas dari lelaki itu yang terdengar kasar. "Hubungan lo sama Maureen gimana?" Tanya Ray pada akhirnya.
Beberapa hari yang lalu, Ray memang mengantar Laura sampai sekolah gadis itu karena Ray tidak sengaja bertemu dengan Laura dipinggir jalan dalam keadaan mobil gadis itu mogok. Saat itu, tidak ada hal yang mereka bicarakan termasuk juga tentang masa lalu mereka. Terakhir kali mereka membicarakan masalah tersebut setelah kejadian di toko buku pada waktu itu.
Ray tidak ingin hubungan antara Laura dan Maureen tidak ada perubahan setelah Laura mengetahui yang sebenarnya. Jika masalah Laura yang membenci dirinya, itu tidak masalah karena pada dasarnya masalah itu memang datang dari dirinya.
"Sekarang udah membaik. Gue udah minta maaf dan Maureen juga udah maafin gue. Maureen emang cewek baik-baik, wajar kalo lo mencintai dia." Laura berujar dengan masih menatap Ray. Gadis dengan rambut diikat ekor kuda itu juga sempat tersenyum kecil setelah mengatakan hal tersebut, dengan harapan semoga saja luka yang tiba-tiba datang di hatinya ini bisa tertutupi.
"Ya, dia memang baik." Ujar Ray sambil menerawang kedepan sana. "Loh juga gak kalah baik sama dia." Lanjutnya.
Laura terkekeh pelan mendengar hal tersebut. "Gue gak pantes dibilang baik setelah apa yang gue lakuin ke Maureen, juga setelah bertahun-tahun gue memendam rasa benci dan dendam di hati gue." Ujarnya dengan mata yang ikut menatap kedepan sana.
"Di mata gue, lo baik." Tutur Ray yang membuat Laura lekas menatapnya. "Bagi gue, orang yang berani mengakui kesalahannya dan yang orang yang berani minta maaf itu adalah orang yang terbaik." Lanjutnya sambil menatap Laura.
"Tapi hal itu belum cukup buat menggeser posisi Maureen di hati lo, kan?" Laura memberanikan diri bertanya seperti itu.
Ray nampak diam saja membuat Laura lekas bertanya kembali. "Lo masih mencintai Maureen, kan?"
Laura menahan luka dalam hatinya yang kini terbuka kembali. Hanya dengan mempertanyakan hal itu saja, sudah mampu membuat kedua mata Laura berkaca-kaca menahan tangisannya.
Laura mendongakan kepalanya menatap langit yang kini dihiasi bintang-bintang. "Udah malem, Ray. Gue harus pulang." Ujarnya lekas berdiri.
Laura mulai melangkah meninggalkan Ray yang sampai sekarang masih terdiam. Gadis tersebut melangkah dengan perasaan yang kembali terluka, namun dia sadar jika mungkin Ray bukanlah takdirnya dan mungkin memang tidak akan pernah menjadi takdirnya.
Mata Laura sempat membulat seketika setelah dirinya tertarik kebelakang yang membuat tubuhnya berputar. Bukan hanya itu, dirinya semakin terkejut saat pemilik tangan yang menarik tangannya itu, mengecup sudut bibirnya secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...