Noven terduduk disebuah tribun penonton yang ada dilapangan basket indoor sekolah mereka. Peluh keringat juga masih nampak membasahi tubuhnya karena dia ikut pertandingan basket antar kelas dua belas yang baru saja usai dengan kelas yang meraih juara yaitu kelas Noven.
Noven tidak sendiri disini, masih banyak siswa siswi lainnya yang masih bertahan dilapangan basket ini sekedar untuk bermain basket maupun hanya duduk-duduk seperti dirinya. Disebelah Noven juga ada Maureen sedangkan Nova dan Kelvin berada ditribun bawahnya.
Maureen membuka sebuah botol yang sejak tadi berada digenggaman tangannya. Setelah terbuka, dirinya segera menyodorkan botol tersebut kearah Noven. "Minum dulu, sesuai kebiasaan kamu yang minum air biasa kalo habis olahraga." Tuturnya.
Noven menatap Maureen dengan senyum yang mengembang, hanya senyum kecil namun sudah mampu membuat Maureen sedikit salah tingkah.
Diraihnya botol tersebut dengan mengucapkan terima kasih, kemudian minuman tersebut langsung diminum oleh Noven. Terkadang Noven merasa sedikit miris dengan dirinya sendiri, ketika seolah Maureen tahu banyak hal tentangnya sedangkan dirinya hanya mengetahui beberapa saja tentang Maureen.
"Hufftt."
Hembusan napas kasar terdengar membuat keempat orang yang berada disana menatap kesatu titik yaitu tepat disamping Noven.
Kelvin yang ada dibawah Noven berdecak dengan melempar sebuah botol yang ada ditangannya kearah Azril yang baru saja duduk didekat Noven. "Kemana aja lo, njir. Jam segini baru berangkat?"
Maureen menatap jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Sekarang sudah jam sepuluh, namun sepertinya Azril baru datang. Lihat saja ada sebuah tas yang masih menggantung dibahunya, lagipula sejak pagi tadi Maureen juga tidak melihat Azril.
Azril mendengus dengan menyandarkan punggungnya kesandaran kursi.
"Itu muka jelek tambah jelek aja tau gak kalo manyun gitu." Nova meledek disaat dia melihat wajah mengenaskan Azril yang sekarang napak kusut.
"Capek gue!" Azril berujar dengan nada kesalnya.
"Capek hati capek fisik, udah lengkap kan?" Lanjut Azril dengan menutup kedua kelopak matanya.
Noven mengerutkan dahinya bingung. "Dia lagi?"
"Emang siapa lagi yang udah nolak gue lebih dari seratus kali."
Nova tertawa puas mendengarnya . Walaupun dia tidak tahu jalan kisahnya, namun hanya mendengar nada frustasinya Azril membuat dia ngakak. "Kasihan amat lo, Zril."
Maureen yang tidak mengerti hanya mampu menarik pelan kaos basket yang melekat ditubuh Noven. Tatapannya seolah bertanya siapa yang dimaksud oleh Azril.
"Siswi sekolah tetangga, rumahnya didepan rumah Azril." Jawab Noven lirih seolah tahu maksud tatapan Maureen itu dan Maureen hanya beroh ria.
Kelvin membenarkan tubuhnya kembali untuk menghadap kearah lapangan basket. Dirinya sudah sering mendengar keluhan Azril tentang itu. "Cari lagi aja kali, cewek mah gak cuma satu!"
Azril membuka matanya dengan decakan keras. "Lo kira melupakan semudah mencintai, huh?"
Kelvin hanya mengedikan bahunya acuh saja. Bayangkan saja sudah sejak SMP kelas delapan Azril mencintai gadis bernama Fanitha yang selalu berujung bertepuk sebelah tangan, meskipun demikian Azril tidak pernah bisa melupakan gadis itu sampai sekarang.
"Lo sahabat gue bukan sih, kasih semangat kek malah nyuruh yang gak-gak!" Lanjut Azril dengan kesal.
"Gue udah kasih semangat bertahun-tahun. Tapi apa, ujungnya sama aja." Ujar Kelvin sebelum meminum air dari botol milik Nova yang baru saja dia buka. "Lagian gue juga gak mau sebenarnya jadi sahabat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...