10. Celana atau Rok?

971 129 16
                                    

@uniessy 22 April 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@uniessy 22 April 2015

Jadi gini, semalam gw berdiskusi dengan guru kajian gw, tentang "Apakah boleh, seorang muslimah mengenakan hijab, plus baju lengan panjang dan celana panjang atau rok panjang?"

Ukhti tsb menjawab, "Boleh, jika hanya di depan mahramnya."

"Bukan di dalam rumah aja, tapi di luar rumah juga, Ukh..."

"Boleh, jika dilapis jilbab di bagian luarnya."

Trus gw mingkem seribu mingkem, sebelum kemudian bertanya lagi, "Karena ada beberapa dari muslimah yang baru hijrah dan mulai mengenakan pakaian dua potong begitu, Ukh. Kan menutup dada? Kan sampai batas kaki, kan tertutup auratnya. Tidak ketat kok, tidak tipis apalagi menerawang..."

"Uhm, kalau begitu, ayuk kita buka QS. An Nuur 31 dan QS. Al Ahzab 59..."

Trus gw manyun. Gw udah tahu lah apa isi dua ayat tersebut. Maksud gw, kan nyari pembelaan, secara gw masih suka pake rok, pake celana panjang. Sekarang alhamdulillaah mulai pakai jilbab (gamis/abaya) kalau kerja, tapi ada beberapa rok dan celana panjang yang masih ohooow suka sekali gw makenya.

Then dalam kesempatan halaqah malam tadi, kami bahas tentang 'Jilbab Dalam Pandangan Islam'.

Jilbab itu terdiri dari dua, yaitu khimar dan jilbab. An Nuur 31 menjelaskan tentang khimar; harus terulur menutup dada, sedangkan Al Ahzab 59 menjelaskan tentang jilbab; harus terulur seluruh tubuh.

Sampai sini, gw masih ngga terima. Sebab gw masih suka pakai pakaian potongan begitu. "Apa tidak ada pengecualian?"

Ukhti Chilli menjawab, dengan kisah Nabi, "Ukhti tahu, setiap Hari Raya, seluuuruh manusia diharuskan datang ke lapangan tempat shalat ied. Meskipun dia tidak melaksanakan shalat ied karena haid, harus datang juga. Setidaknya untuk mendengarkan khutbah," katanya. Gw cengengesan, soale kalo haid pasti ga ikut ke masjid -_- dasar pemalas -_- oke besok2 ga lagi begitu T_T "Nah, saat khutbah, Rasul bertanya, 'wahai fulanah A, mana si fulanah B? Kenapa tidak ada?' dan fulanah A menjawab, 'ia tidak hadir sebab tidak punya jilbab, yaa Rasul.' Lantas apa kata Rasul? Apakah beliau berkata, 'Oh kalau tidak punya ya tidak apa-apa, namanya juga orang tidak mampu...' TIDAK. Rasul nggak jawab begitu, Ukh. Beliau berkata; 'Pinjamkanlah jilbabmu yang lain untuknya.' Dari sana kita tahu, bahwa hijab itu wajib. Berjilbab itu wajib. Tidak ada pengecualian sekalipun ia miskin. Perempuan di zaman Nabi kan langsung mengambil kain gorden mereka untuk menutupi tubuh saat perintah Allah untuk berhijab diturunkan."

Trus gw mingkem lagi. Nangis. Sedih. Gw pengen jadi orang kaya, yang bisa dengan gampangnya ngeluarin harta untuk dibelanjakan jilbab dan hijab bagi saudari-saudari muslimah yang belum mampu seperti Fulanah B tadi. Dan gw nangis, betapa banyaknya muslimah yang mampu membeli pakaian mahal, tapi tidak mampu menjilbabkan dirinya padahal yang menciptakan mereka memerintahkan demikian.

"Hijab itu syaratnya sudah jelas. Coba lihat jilbab Fatima, sederhana. Beliau saja yang jelas masuk surga, taat atas perintahNya. Apalah kita yang Cuma manusia hina?"

Gw makin nyesek di bagian begitu ): Trus gw inget satu hal, "Oh iya ukhti, saya pernah baca Asma Nadia pernah ngeposting satu tulisan, bahwa dia kan suka pakai celana panjang, jadi dia bilang sebenernya masih masuk hukum syar'i kok kalau pakai celana panjang yang tidak ketat dan baju panjang selutut, dan hijab menutup dada. Kan semua syarat berhijabnya dipenuhi?"

Tetiba si ukhti ngelihatin gw sambil senyum-senyum, "Memang Asma Nadia itu siapa? Kita sami'na wa atho'na dengan yang dikatakan Asma Nadia, atau sami'na wa atho'na pada apa yang dikatakan Allah?"

Abis itu gw udah bingung mau apa lagi. Langsung kepikiran sama rok panjang dan baju potongan gw yang ada di lemari. Celana panjang masih bisa dipakai untuk daleman. Lah rok dan baju potongannya?

Astaghfirullaah...

Alhamdulillaah, Engkau telah menunjukkan lagi jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat pada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.

*****

.

.

.

Afwan jiddan, selama ini gw selalu bilang "Ketika kita ingin berhijab tapi belum ada uang, gapapa, pelan2 aja nanti pasti Allah kasih jalan." Itu salah besar. Salah. Sangat salah. Sebab sebuah dusta besar sudah terlihat. Kita mampu beli paket internet dan atau pulsa henpon, tapi bilang tak punya uang untuk berjilbab dengan baik.

Afwan jiddan, selama ini gw bilang, "Kalau tempat kerjamu melarang berhijab, ya sabar aja, diam2 cari pekerjaan baru yang bisa berhijab dan keluar dari sana begitu dapet." Itu juga salah besar. Salah banget. Sebab berhijab, bagi muslimah adalah menutup auratnya dengan sempurna hingga hanya terlihat wajah dan telapak tangan saja. Berhijab bagi muslimah adalah sama halnya dengan shalat, masuk dalam hal fardhu 'ain. Harus dilakukan. Ketika pekerjaan kita sekarang melarang berhijab, ingatlah bahwa rezeki adalah hak mutlak Allah untuk dibagikan pada hamba-hambanya. Menjemput rezeki bukan hanya sekadar banyaknya jumlah, tapi besarnya berkah.

Allahu a'lam bishshowab. Maaf jika ada kata yang menyinggung. Dan gambar ini gw dapat di google, keterangannya menyatakan bahwa gambar ini adalah gambar jubah RasulAllah dan Siti Fatimah, puteri beliau. Jika salah, mohon dikoreksi.

Dear ukhti fillah, ayuk kita berjilbab...

💖💖💖

CLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang