Aku melihat di sekeliling, ada banyak orang diberi nikmat oleh Allah, padahal mereka tidak beribadah sesuai yang Allah perintahkan. Mereka bersenang dan tiada masalah.
Lalu kulihat diriku.
Ibadah begini dan begini, namun mengapa tak seperti mereka?
Lalu kukatakan dengan cengiran penuh kemenangan; "Oh mereka mendapat istidraj dari Allah..."
Lalu kusimak kisah-kisah salafush shalih...
Innaalillaahi...
Ibadahku rupanya lebih layak disebut sampah. Sedekahku yang dua ribu sementara yang kupinta dunia. Tilawahku langka dan kusebut diriku shaliha. Tahajudku bisa dihitung namun aku bangga. Jilbabku lebar dan kukatakan yang tidak sebagai durjana.
Kusebut mereka istidraj. Lalu aku apa?
Nikmat yang kuterima tidak kusyukuri. Rezeki yang kuperoleh kunyatakan sebagai usahaku sendiri. Ibadah yang kukerjakan kuanggap sempurna.
Menuntut ilmu kuberi banyak alasan.
Jauh. Capek. Hujan.Kusebut mereka istidraj. Lalu aku apa?
Lisan ini terlalu sibuk mengurusi perkara orang lain. Sehingga lupa, bahwa diri ini lebih wajib untuk dibenahi.
Wahai diri, ingatlah kematian itu pasti.
:'(
1 MEI 2017
*Menulis adalah untuk mengingatkan diri
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
Non-FictionWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...