Sebagai manusia, kita suka sekali dengan pujian. Dibanding dengan uang, kita lebih senang bila diberi pujian. Coba dikasih uang palsu, ngamuk. Tapi dikasih pujian palsu? Tetap senang bukan main.
Mengingat apa yang disimak dalm kajian Muara Hijrahku bersama Ust. Nuzul Dzikri dan Ust. Syafiq Riza beberapa waktu lalu, bahwa Hijrah itu bukan sekadar penampilan luar.
Sebab AT TAQWA HA HUNA; Taqwa tuh di sini, kata Rasul (sambil nunjuk hati).
Jadi jika pakaian sudah berubah, jangan berbangga atas Hijrah. Casing zaman now, pemikiran masih zaman so-last-year, jangan harap Anda survive.
Yang sudah Hijrah sejak lama, ngga usahlah mandang Sebelah Mata kepada mereka yang baru saja hendak berubah. Sebaik2 Muslim adalah yang saudaranya nyaman dan aman berada dekat dengannya.
Lihat yang baru Hijrah masih pakai2 celana panjang, jangan dibilang bahwa perempuan dengan celana panjang tempatnya di neraka. Saudarinya masih terlihat bagian lengan atau kakinya, jangan dibilang sebagai incaran api neraka. Sahabatnya pakai jilbab pendek belum menutupi dada, jangan dibilang bla bla bla...
Kita dakwah, bukan mendakwa. Kita mengajak, bukan mengejek. Kita mengajar, bukan menghajar.
Dan untuk catatan pribadi sesama muslimah, setelah Hijrah pakaian, juga harus Hijrah pemikiran.
Yang tadinya senang ke bioskop, sekarang senang hadir majelis taklim. Yang tadinya rutin dengar musik, sekarang rajin dengar atau baca Al Quran. Yang tadinya suka jajan, sekarang jadi dermawan.
Sebab kalau ubah penampilan adalah ganti casing, maka hadir majelis taklim, tilawah Al Quran, sedekah, dsb itu adalah upgrade keimanan. Ini yang paling penting. Upgrade Iman biar ngga sering nge-bug dan nge-hang.
Banyak kita lihat di sekeliling, yang berjilbab kemudian melepas jilbabnya. Bisa jadi karena hijrahnya sebatas ganti casing semata, imannya ndak juga diupgrade. Sibuk dengan Dunia. Na'udzubillaahimindzaalik. Kita berdoa terus agar Allah senantiasa kasih kita hidayah. Lagi lagi, dan lagi.
Dan teringat bahasan Ust. Abdul Hakim di STF kemarinan, bahwa orang yang shalat, ditakdirkan Allah untuk shalat, sebab Allah ridha. Dan orang yang tidak shalat, ditakdirkan Allah untuk tidak shalat, karena Allah tidak ridha pada hamba tersebut.
Intinya, segala apa yang kita lakukan dalam jalur kebaikan di dunia ini, ada Ridha Allah di sana. Dan segala apa pun kebaikan yang tidak kita lakukan di dunia ini, berarti tidak ada Ridha Allah di dalamnya.
Tapi kita selalu bisa memaksakan diri kita untuk beribadah. Paksa aja, ndak apa.
Misal, malas tahajud, paksa aja bangun malam. Biar kita tahajud dan dapat ridha Allah untuk tahajud. Atau jika malas hadir kajian, paksa aja kakinya biar sampai di kajian tersebut dan dapat ridha Allah di sana. Susah hafalan, paksa aja.
Paksa aja untuk terus mendekat pada Allah Azza wa Jalla. Sampai diri ini terbiasa.
Berhijrahlah karena Allah. Semoga Allah kirimkan hamba2Nya yang baik untuk kita yang ingin senantiasa melangkah di jalan yang Allah ridha.
Sebab, Hijrah sendirian memang membuat kita berjalan cepat. Namun Hijrah bersama-sama, membuat perjalanan menjadi nikmat.
Berhijrahlah karena Allah, beribadahlah karena Allah, lakukanlah segalanya karena Allah.
Sungguh, tak pernah ada kata sia-sia bagi sesiapa yang meletakkan pengharapannya hanya kepada Allah :)
📝 #Uniessy
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
NonfiksiWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...