116. Untuk yang 27

318 61 6
                                    


20150320

Di dunia ini, sering kali segala sesuatu tidak berjalan seperti apa yang tergambar dalam otak kita yang hanya berukuran sedemikian.

Kenapa? Karena Allah tahu mana yang baik untuk kita pribadi. Karena pemikiran yang muncul dalam proses berakal kita kerap lemah dan maknanya hampir tiada.
~

Kalau lihat kehidupan orang lain misalnya. Mereka yang sebaya dengan kita, kehidupannya jauh lebih baik. Setidaknya, demikianlah yang tertelan dalam pemahaman kita yang (lagi2) lemah.

Sebagai perempuan usia 27, melihat teman seangkatan yang sekarang sudah menikah, punya deretan anak, bahkan ada yang anaknya sudah mulai masuk sekolah. Sebagai perempuan usia 27, melihat teman seangkatan yang sekarang sudah lulus dari kuliah dengan gelar yang baik, Sarjana, baik Strata 1 pun 2. Sebagai perempuan usia 27, melihat teman seangkatan kerja dengan pendapatan yang besar, sudah sering keluar negeri, sudah berhasil bawa orang tua umrah maupun haji.

Pasti ada rasa 'ingin' atau katakan lah 'iri' yang terbersit di hati. Seolah nikmat dunia sudah tercurah pada mereka, tapi kok belum ya ke kita, si perempuan usia 27?

Belum lagi pertanyaan2 dari sana sini, kapan nikah, kapan wisuda, kapan keluar negeri, kapan, kapan... sampe kiamat, pertanyaan kapan dari tetangga tetangga nan peduli itu pasti akan ada.

Terus kenapa? Apakah kita harus berhenti, diam di tempat, mengutuk nasib yang sedang kita alami?

Kawan, ada banyak hal yang bisa kita raih selagi kita masih sendiri. Selagi suami, anak, dan pekerjaan tidak mengikat dan menempelkan kewajiban pada kita.

Ada banyak waktu untuk belajar.

Coba lirik kawanmu yang seangkatan tadi, pasti ada di antara mereka yang sering bertengkar dengan suaminya, ada juga yang tidak. Pelajari, apa dan kenapa.

Coba lirik kawanmu yang seangkatan tadi, pasti ada di antara mereka yang kerjaannya marah2 pada anak hingga anak cenderung brutal, atau ada yg lebih memilih memberi anak mereka game agar mereka punya waktu sendiri untuk memanjakan diri, ada juga yang anak nya santun dan penuh kasih. Pelajari, apa dan kenapa.

Coba lirik kawanmu yang seangkatan tadi, pasti ada di antara mereka yang bekerja dengan gaji besar dan sulit sekali dihubungi untuk silaturahim, dan ada juga yang gaji kecil tapi juga sibuk berdedikasi hingga silaturahim juga dihindari. Tapi ada juga yang gaji besar atau kecil, masih bisa memilah waktu untuk merasakan hidup. Pelajari, apa dan kenapa.

Jadi hidup kita tidak sia-sia belaka. Masa masa sendiri digunakan untuk menambah ilmu, menumbuhkan dan menyuburkan kecintaan pada Allah dan Islam, sebelum makhluk-makhlukNya menyita perhatian.

Ga usah sedih saat badan terasa sakit, dan dunia seolah tak peduli. Karena sesungguhnya Allah selalu peduli. Sebab Dia yang memberikan sakit. Mungkin untuk kita beristirahat, atau melihat siapa teman sejati kita. Apapun itu, terima saja dengan ikhlas karena sakit adalah penggugur dosa.

Hidup ga perlu penilaian orang. Kita hidup cuma perlu penilaian Allah.

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.

Allah selalu.

Hamasah buat kamu yang lagi down :)

Uhibbuki Fillah, dear Ukhtayya... ^^

 ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang