Ada kisah tentang Saad bin Abi Waqash, ketika Rasulullah berkata, “Semoga ada yang menjaga.” Saad pun mengajukan diri sebagai penjaga. Dan selain menjaga malam, beliau memberikan tambahan untuk Rasulullah, yaitu menyediakan bejana untuk Rasulullah berwudhu untuk qiyamul lail.
Ketika malam tiba dan Rasulullah akan melakukan qiyamul lail, Saad pun memberikan bejana yang sudah disiapkannya. Rasulullah sangat gembira dan menepuk pundak Saad, dan berkata, “Mintalah sesuatu, akan aku doakan kepada Allah.”
Kita paling mentok akan minta surga. Saad punya permintaan yang luar biasa. Beliau menjawab, “Doakanlah agar semua doaku mustajab.” Rasulullah pun tersenyum dan menjawab, “Bantulah dengan memperbaiki makananmu.”
Ada seorang lelaki musafir yang sedang berpuasa, dan dalam kondisi terdzalimi, dan ia menengadahkan tangan dan berkata “ya rabb, ya rabb.” Keempat kondisi tersebut adalah kondisi mustajabah, yang membuat doa menjadi mustajab. Khusus untuk kondisi keempat, Allah malu jika tidak memberikan apa yang diminta seorang hamba yang menengadahkan tangan dan berkata “ya rabb, ya rabb.”
Namun doa orang tersebut tidak diterima. Bagaimana doanya bisa diterima, sedangkan makanan dan pakaiannya haram.
Makanan haram mencegah kita dari kemesraan dgn Allah. Makanan tersebut tumbuh dalam tubuh, mudah bergetar dengan frekuensi maksiat.
Maka selama berpuasa tugas kita adalah menyedikitkan makan. Karena ketika yang halal pun kita tidak suka, maka seharusnya, apa lagi yang haram dan yang syubhat.
(Ceramah Ust. Salim A. Fillah, Ramadan 1434 Hari 1 - Ramadhan bersama Rasulullah)
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
NonfiksiWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...