Pernah ngga ngomong kayak gini;
1. Alhamdulillaah rezeki anak soleh/solehaaaah!
2. Siapa dulu dong Umminyaaa *nepuk dada
3. Kalau saya ngga tolong, hidupnya ngga jelas tuh!
4. Dia Hijrah kan karena saya nasehatin!Kalau pernah, ayok ISTIGHFAR duyu...
"Astaghfirullaah... Astaghfirullaah... Astaghfirullaah... Allaahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu 'anna..."Kenapa sih ngga boleh ngucap hal hal kayak tersebut di atas? Karena semua hal terjadi tuh bukan karena diri kalian. Semua hal hebat terjadi karena ALLAH YANG TOLONG KALIAN.
Dalam Quran, ada 2 Perang yang Allah sebut; Perang Uhud dan Perang Hunain.
Perang Uhud memberikan pembelajaran besar, bahwa orang2 jika mengikuti Hawa Nafsu mereka dan mengabaikan perintah Rasul, ya gitu. Kalah. Habis.
Sementara Perang Hunain mengajarkan kita perihal Menjauhkan Diri dari Kesombongan.
Ingat kejadian di Perang Hunain? Ketika sejumlah orang berpikir; "Jumlah kita banyak, kita pasti Menang!"
Coba baca terjemahan QS. 9 : 25 😊
Pasukan Kaum Muslim di Perang Hunain itu BANYAK. Dibandingkan dengan Perang Badar yang hanya 313 melawan seribuan musuh, Perang Hunain memiliki banyak tentara Muslim.
Tapi mereka kalah. Kaum Muslim kalah pada fase pertama, sebab Allah mau memberikan pelajaran, bahwa Kesombongan Kalian Tidak Memberikan Apa-apa.
Kalian Tidak bisa apa-apa TANPA PERTOLONGAN ALLAH. Hingga pasukan Muslim sadar atas kesalahan mereka, bertaubat dan Allah terima taubat mereka.
Coba baca terjemahan QS. 9 : 26-27 😊
Dan coba pahami lagi, 4 kalimat di atas tadi, apakah menunjukkan tanda Kesombongan?
Ketika mendapat kebaikan, kita dengan cepat berasumsi; "Rezeki anak Shalih."
Anak shalih yang mana?
Sehebat apa hingga mengaku shalih?Bukankah lebih baik mengaku Salah daripada mengaku Shalih?
Ketika anak keturunan kita menampakkan kehebatan, kemudian kita sebut nama kita untuk menyatakan kebanggaan...
Apa yang hendak dibanggakan? Bukankah Allah yang membuat mereka hebat?
Ketika kita berkemampuan menolong orang susah, kemudian kita sebut diri kita hebat?
Ketahuilah Abu Bakar Ash Shiddiq menafkahi misthah, pelaku penyebaran fitnah atas anak tersayang Ash Shiddiq; Aisyah Radhiyallaahu Anha. Sebagai seorang ayah, tentu sakit hatinya putrinya difitnah oleh orang yang ia nafkahi. Beliau marah, tapi Allah turunkan ayat untuk menghentikan amarah beliau. Hingga beliau paham, yang hebat itu Allah, bukan beliau.
Dan ketika merasa berjasa atas Hijrah orang lain, ingatlah bahkan Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alayhi Wasallam tidak punya kuasa atas satu hidayah. Semua itu hanya milik Allah.
Maka, kawan, ketika kita merasa hebat, ketika kita merasa menakjubkan, ingatlah satu hal...
ALLAH YANG TOLONG KALIAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
Non-FictionWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...