:: Kamu tidak perlu melecehkan dirimu sendiri hanya untuk digemari orang-orang ::
Dek, yang suka menulis, tidak perlu menulis hal-hal dengan konten pornografi yang meresahkan hanya agar tulisanmu diminati orang banyak; kamu dapat popularitas dan atau uang.
Tidak perlu, Dek. Sungguh, tidak perlu.
Dunia ini sudah terlalu banyak diisi oleh orang berhati busuk, yang hanya ingin memenangkan kepentingan mereka sendiri. Mereka hanya ingin lebih tinggi dengan menghancurkan yang lain.
Tahu Uwais Al Qarni ndak, Dek? Beliau itu ndak ada yang kenal di dunia ini. Tapi RasulAllah mengatakan bahwa ada seseorang yang amat sangat terkenal di langit sana.
Uwais Al Qarni lah yang dimaksud Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam. Beliau tidak dikenal di dunia, namun dikenal dan dibicarakan oleh penduduk langit.
Tidak kah kita ingin seperti beliau?
Menulis berisi manfaat itu memang tidak mudah, Dek. Terlebih jika ilmu kita sedikit. Tapi dengan kegemaranmu menulis, kamu bisa menyimpan ilmu-ilmu tersebut dengan gaya bahasamu, untuk kepentinganmu juga. Kamu bagikan, dan bersyukur ketika ada orang lain yang menuai manfaat seperti yang kamu rasakan terhadap tulisanmu.
Kita mungkin bukan Syeikh atau seperti para Imam yang meriwayatkan hadits dan sudah pasti guyuran pahala terlimpah untuk mereka, tapi tentu, kita tetap bisa menjadi penebar kebaikan dan in syaa Allah mereguk pahala jika kita mau.
Di akhirat sana, jika tulisanmu membuat perubahan baik bagi orang lain, kamu akan dapat hadiah menggunung. Semisal tulisanmu mengabadi, aliran pahalanya tertuju padamu, sebab kamu membagikan ilmu yang bermanfaat.
Tapi coba bayangkan, Dek... jika di akhirat kamu dinanti oleh gunungan dosa yang tak kamu mengerti...
"Dosa dari mana ini?" tanyamu dengan hati hancur.
Bagaimana jika malaikatNya menjawab; "Ini dosa, akibat orang-orang membaca tulisanmu, mereka terbawa keinginan untuk melampiaskan nafsu seksual mereka dengan cara yang tidak halal."
Na'udzubillaah...
Apa yang bisa kita perbuat? Apa yang akan kita ucapkan di depan Pengadilan Hari Akhir?
Orang-orang yang memuji kita di dunia tidak akan sudi menolong kita di akhirat, sebab mereka juga sibuk oleh urusan masing-masing. Pundi-pundi uang yang kita miliki hasil dari mengerjakan tulisan buruk itu takkan mampu digunakan untuk membayar memohon keringanan agar kita terhindar dari siksa.
Di akhirat itu dinar dan dirham tidak berguna. Apatah lagi rupiah. Tidak berguna, Dek. Sama sekali tidak laku.
Ini perihal yang sangat serius.
Saat kamu menulis tulisan berisi adegan tidak senonoh dan mencantumkan peringatan "Khusus Dewasa" atau "Bukan Untuk Dibaca Anak di Bawah Umur" itu tidak mengubah apapun, Dek.
Dosa tetap dosa.
Laknat tetap terlaknat.
Film porno itu, kata mereka, juga bukan untuk konsumsi anak-anak. Lantas hanya karena kamu bukan anak-anak apakah kamu dibenarkan menikmatinya?
Pelacuran juga bukan untuk anak-anak. Lantas semisal kamu bukan anak-anak apakah kamu dibenarkan menikmatinya?
Apalah artinya popularitas jika kemudian kamu menjadi terbudaki dengan permintaan pasar yang tiada henti? Karena sewajarnya manusia itu selalu ingin tambah, tambah, dan tambah terus. Tak pernah puas.
Jika fantasi seks yang kamu sediakan, mereka akan meminta lebih dan lebih. Dan kamu akan kian merasa tinggi hati.
Namun jika ilmu yang kamu tawarkan, maka kendati mereka meminta lebih dan lebih, kamu justru akan kian kaya sebab kamu akan tergelitik untuk memiliki ilmu baru lagi. Kamu cari. Kamu tidak rugi.
Persoalan tulisan porno ini sudah lama, Dek. Telah membuat resah sekian lama. Penyakit stensilan ini bukannya memadam, malah kian semarak. Dengan dalih genre ini genre itu, intinya sama. Porno. Tak pantas untuk dikonsumsi. Siapapun.
Namun tetap digemari, begitulah, sebab yang ditawarkan itu gelontoran ketenaran semu.
Sementara tulisan berisi manfaat hanya menawarkan persaudaraan yang hanya satu-dua.
Ayolah, menulis hal-hal bermanfaat. Jika belum mampu, menulis lah yang menyenangkan, menghibur namun tak mengeraskan hati.
Enyahkan keinginan membuat tulisan yang menyesatkan, menjerumuskan, dan atau membawa kemudharatan.
Tak dikenal di dunia namun dipuja-puja makhluk langit itu sangat mulia dibanding dipuja bumi namun dilaknat langit.
Ingatlah Adek Sayang, walaupun tak ada orang lain yang membaca tulisanmu, tak mengapa. Yang penting Allah tak murka :)
Jakarta, 29 Februari 2016,
Barakallaahu fiikum,Uniessy
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
Non-FictionWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...