Dek, mari kita lihat sekeliling kita sekarang. Bukan kah hadits;
"Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yg menggenggam bara api." (HR. Tirmidzi no. 2260)
Adalah benar adanya di masa sekarang?
Jadi, mari kita lihat sekeliling kita sekarang. Ketika kita menghindari syubhat lantas disebut intoleran. Ketika kita menghindari tasyabuh lantas disebut terlalu lebay. Ketika kita menghindari hal haram lantas kita disebut tidak gaul. Dan ketika kita menjalankan perintah Allah, lantas cemoohan tertuju pada kita.
Kemudian hal-hal tersebut menjadikan kita perlahan meninggalkan apa yang jadi syariat, menuju kebatilan.
Memang kita hidup di dunia ini untuk apa? Untuk mengikuti keinginan manusia lainnya kah? Big no, Dek.
BIG NO.
Biar saja milyaran orang memusuhi kita hanya karena kita tidak merayakan ulang tahun, atau tahun baru. Biar saja trilyunan manusia di muka bumi ini memandang kita jijik hanya karena kita tidak mengucapkan selamat ulang tahun atau selamat-selamat hari lain yang memang syahadat kita mengikatnya.
Sebab yang terpenting adalah kita bahagia hidup dalam ridha Allah 'Azza wa Jalla.
Kita memanglah hidup di zaman para manusia berbangga dengan ketidaktahuan mereka, namun ketika dituangkan ilmu mereka justru menolak.
Hidup sebagai muslim itu tidak mudah, Dek. Sama sekali tidak mudah.
Saat sedang tidur, kita dipaksa bangun untuk Tahajjud dan Subuh. Saat yang lain berleha dalam hal duniawi, kita sibuk ke masjid mendengarkan Kajian demi memproklamirkan bahwa kita bodoh dan butuh ilmu. Saat yang lain haha-hihi tidak jelas, kita sibuk menangisi dosa. Saat yang lain berfashion memamerkan tubuh yang akan dilumat binatang tanah, kita sibuk melebarkan kain untuk menutupnya. Saat yang lain sibuk berbincang tentang film atau novel atau komik terbaru, kita sibuk melakukan recall terhadap hafalan-hafalan kita. Saat yang lain sibuk belajar bahasa asing, kita sibuk belajar melafalkan huruf hijaiyyah dengan baik dan benar. Saat yang lain makan makan, kita sibuk puasa. Saat yang lain sibuk melampiaskan nafsu dengan yang tidak halal, kita sibuk mendoakan dia yang bertemu saja mungkin kita belum pernah. Saat yang lain menabung untuk keliling Eropa, kita sibuk menabung untuk bisa keliling ka'bah bersama orangtua.
Kita hidup berapa lama sih? Kurang lebih, 63 tahun. Dan 63 tahun tanpa terbalut dalam indah dan nikmat iman, rasanya amat sangat disayangkan.
Jangan mau jadi korban kebiadaban sesatnya ajaran kaum kuffar, Dek; yang ngajarin bahwa pakai jeans itu keren. Atau yg ngajarin bahwa kulit tanpa bulu itu menakjubkan. Atau yang ngajarin kaki indah kita harus diekspos. Atau yang ngajarin bahwa rambut adalah mahkota wanita. Atau yang ngajarin bahwa perempuan itu harusnya jadi pusat perhatian. Atau yang ngajarin perempuan itu harus punya pasangan sampai kemudian kita malah terjerumus dalam zina. Atau yang ngajarin bahwa penilaian manusia itu penting.
Tidak penting, Dek. sama sekali ngga penting.
That's why... ayok NGAJI.
Dengan mengaji, kita bisa paham. Dengan mengaji, kita bisa tahu bahwa kita bodoh. Dengan mengaji, kegalauan kita bisa berganti dengan pengetahuan.
Hadirilah majelis ilmu, karena di sanalah kita bisa tahu bahwa; Menjadi muslim tidak sesulit itu. Menjadi muslim adalah nikmat besar yang dikaruniakan Allah pada kita.
Dan dalam majelis ilmu yang juga dihadiri ribuan malaikatNya juga lah, kita berkemungkinan besar mendapatkan sepotong hati yang baru :)
Yuk, NGAJI! ^^
Uhibbukum Fillah,
Uniessy
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
Документальная прозаWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...