Jadi, tadi di kajian Ust. Nuzul Dzikri dibahas Kisah Nabi Musa 'Alayhissalaam yang melakukan perjalanan mencari sosok Hamba Allah yang LEBIH BERILMU daripada Nabi Musa, agar Nabi Musa belajar dari beliau.
"Di mana ia ya Rabb?"
Bukannya dikasih maps, waze, link, peta, atau shareloc... Nabi Musa disuruh melakukan perjalanan sambil bawa ikan di dalam keranjang. "Dan kalau nanti ikan itu hilang," kata Allah, "berarti hambaKu ada di sekitar situ."
Tuh. Nabi Musa ngga protes. Ngga nanya; "Tepatnya di mana?"
Kalau dipikir2, ribet ngga sih? Ngga tahu di mana, ngga jelas di mana atau kapan ketemunya. Cuma disuruh bawa IKAN aja udah. Tapi nurut.
Dalam hidup, kita disuruh Bertaqwa aja udah. Nanti urusan selanjutnya, jadi urusan Allah. Ngga perlu nanya atau malah mencampuri urusan Allah.
Di perusahaan juga, setiap divisi tuh ngerjain kerjaan divisinya masing-masing. Apa ada, satpam ngurusin kerjaan sekretaris? Ngatur2 bos kudu meeting di mana? Ngga ada! Apalagi kita dengan Allah. Urusan kita; TAQWA. Pertolongan, rahmat, bantuan, ridha... ITU URUSANNYA ALLAH JALLA JALALUHU.
😭😭😭 *AMPUUUNNN 😭😭😭
Nah, kembali ke Kisah...
Nabi Musa melakukan Safar bersama Yusya' Bin Nun... Yang nantinya juga akan menjadi Seorang Nabi.
Kenapa ditemani? Karena Safar itu HARUS ditemani dengan Pendamping Safar yang baik.
______________________*Terus gw langsung ngebatin;
Tuh, Safar aja kudu ditemenin Pendamping Safar yang baik. Apalagi HIDUP... Kudu bersama Pendamping Hidup yang baik #eeaaaTampan, Mapan, Tinggi, Peluqable... ITU BONUS. Karena yang utama itu yang BERIMAN TAAT dan BERAKHLAK MULIA 😍
*YA ALLAH, KUDAPAT YANG UTAMA DAN BONUSNYA SEKALIAN KAN YAAAA 😭😭😭😍😍😍
>>> Warning: Postingan mengandung Curhat
(Telat amat ngewarningnya ✌😆 wqwqwqq)
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE
Non-FictionWhatsoever, just write! Coretan dari Facebook yang disalin ke sini. Isinya cuma pemikiran sederhana plus penggiringan opini yang kemudian jadi penyemangat. Dulu dibiasain nulis pemikiran gitu haha sekarang alhamdulillaah sudah ada wadahnya yg lebih...