88. Hidayah

387 47 2
                                    

@uniessy 24 Agustus 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@uniessy 24 Agustus 2015

Beberapa waktu lalu, gw pernah beradu argumen dengan seorang sahabat.

Gw, saat itu, dengan kepala batunya, membabat dalil tentang "Tak ada paksaan dalam beragama Islam" yang digelontorkan sahabat gw tersebut. Sementara gw berpendapat bahwa "Memeluk Islam memang tidak dipaksa, tapi begitu masuk Islam, seluruh kewajibannya harus dipaksa." Dalam kesempatan itu, kami sedang membahas hijab. Gw bilang #wajib, sahabat gw bilang #pilihan.

Sampai kemudian kejadiannya menjadi agak runyam/? karena masing2 dari kami memaksakan kehendak, bahwa "Saya lho yang benar, kamu salah!"

Well, ga ada titik temu, karena dua kepala terisi keyakinan benar.

Yang jelas, setelah gw ikut kajian kemarin Sabtu, gw sadar sesadar-sadarnya bahwa gw salah. Gw yang salah, karena sudah menguatkan pendapat bahwa berhijab itu adalah wajib. Memang wajib, tapi #caragwsalah .

Kemarin, saat bahas hal itu, Ustadzah bilang... "kita tidak bisa sedikitpun memaksakan kehendak atau pendapat kita pada orang lain, meskipun kita yakin sekali bahwa pendapat kita sesuai dengan syariat. Sebab ketika dua orang berargumentasi dengan kepala yg panas, setan akan dengan sangat mudah masuk."

"Kita juga tidak bisa mengubah seseorang menjadi baik, hanya karena kita sudah berusaha memberitahu yang baik-baik kepada mereka. Karena urusan hidayah itu mutlak urusan Allah. Mutlak milik Allah. Kita ga bisa apa-apa."

Perkara hijab juga masuk kategori ini dong ya. Rasanya kita capek aja, jadi malas dakwah karena ada beberapa orang yang strong sekali dengan pendapatnya. Gw curhat sama Ustadzah sambil nahan nangis (malu woy, nangis di depan orang wkwkk), dan gw agak sedikit mengeluh dengan dakwah yang terjal ini, karena orang-orang yg didakwahi, jauh lebih hebat drpd gw yg faqir ilmu.

She said, "Nabi juga dulu begitu, rasanya kok capek ya ini kaumnya belum juga mau nerima beliau... dan Allah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan, bahwa tugas Rasul adalah #mengingatkan, sedangkan hidayah itu urusanKu, kata Allah demikian... Jadi kita janganlah merasa capek berdakwah, ngasih tahu bahwa berhijab itu wajib. Kita dakwah, menyentuh lewat doa, lalu lisan, kemudian tangan. Ketika baru sampai lisan, kita sudah dicemooh, dijegal, distop... maka kita tinggalkan orang itu dengan tidak melepaskan doa kita untuknya. Karena Allah yang Maha Pembolakbalikhati. Beralihlah ke orang lain yang berkemungkinan mau menerima dakwah kita. Allah ga jamin dakwah itu mudah, tapi Allah jamin berkah."

Gw angguk2 kepala dan ngebatin, betapa kerdilnya gw yang sudah sangat ingin menyerah dalam perkara dakwah sederhana ini. Lalu Ustadzah kembali bicara...

"Lagipula, yang diperintahkan berjilbab itu kan hanya orang2 mukmin. Bersyahadat belum tentu menjadikan ianya sebagai seorang mukmin. Tahu kan beda muslim dengan mukmin? Nah, coba baca ayat2 yang diperintah Allah untuk kita jalani, pasti untuk orang2 mukmin. Puasa, berjilbab, menundukkan padangan. Jadi kalau kita merasa kita mukmin, ya jalankan. Jika kita tidak merasa mukmin, ya terserah, konsekuensinya sudah ada juga kok. Simpel aja."

Masha Allah, gw nyesek banget... rasanya malu. Padahal dulu juga gw termasuk yang "kepala batu" dalam urusan menjalankan syariat. Banyak hal hal jahiliyah yang gw lakukan ketika belum mempelajari ilmu Islam dengan baik. Dulu merasa pintaaaaar sekali. Sekarang? Etttdaah, berasa kayak bayi baru lahir. Bodoh, ga bisa apa-apa.

Maha Besar Allah yang telah mengizinkan gw untuk bisa menapaki jalannya bersama orang-orang hebat yang mau berubah menjadi baik (:

Jadi, buat kamu yang lagi dakwah; ngasih tahu teman, orang tua, suami, adik, kakak, sepupu... dll dst dsb, tolong jangan menyerah. Kalau tidak bisa dengan lisan, coba dakwahi mereka lewat doa. Kekuatan doa itu tiada duanya. Sebab jika Allah berkenan, maka segalanya pasti berubah.

Kita punya ALLAH; yang Maha Kaya, Maha Kuasa. Tiada daya dan upaya tanpa pertolongan dariNya.

Laa hawla wa laa quwwata illa billaah.

Keep hamasah dalam berdakwah ya. Mulai dari yang terdekat, yaitu mendakwahi diri sendiri, lalu keluarga, dan kemudian masyarakat sekitar. Perbaiki akhlak, perbaiki lisan, perbaiki senyuman (: Semoga Allah ridha.

Semangaaaattt!

Uhibbukum fillah ☺

-Uniessy-

CLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang