Malam Di Hari Jum'at

15.5K 1.2K 42
                                    

Selanjut nya apa?
Dulu kamu sendiri yang menyuruh ku menghindar
Lalu sekarang mengapa malah kamu yang menjadi pelengkap?

-Assalamualaikum Ketua Rohis-

-----

Malam di hari Jum'at biasanya malam terindah untuk aku. Besok nya Sabtu dan lusa nya Ahad. Satu kata, libur. Jelas aku bahagia.

Tapi sekarang menjadi malam ter aneh untuk perasaan ku. Sudah sejak sore aku berada di hotel, yah tempat resepsi pernikahan ku dan Raka. Aku meminta ke bunda untuk mengadakan ijab qobul di ballroom hotel. Alasannya aku takut jika melaksanakan diluar tanpa diduga ada yang mengenal Raka dan menjadi bahan gosip. Bahaya. Susah sih jika harus nikah dengan orang famous.

Balkon hotel menjadi tempat ternyaman ku untuk hari ini. Disini udara nya sejuk dan cahaya lampu dari setiap rumah sekitar sini jika dipandang dari balkon menyerupai bintang warna-warni. Sejak keluar ke balkon pun sedari tadi aku terus melihat kearah jalur utama hotel. Siapa lagi jelas aku menunggu Raka. Menunggu semoga dia tak datang.

"Sayang kenapa diluar? Angin malam ngak bagus buat kesehatan" tegur bunda yang kini ikut berada di balkon.

"Hmm..." Hanya deheman sebagai jawaban. Aku sangat malas berbicara hari ini.

Bunda pasti tau jika mood ku sedang dibawah rata-rata. Tapi bunda sama sekali tak berusaha memperbaiki mood ku ini, jelas hanya satu cara memperbaikinya. Batalkan pernikahan. Dan sudah tentu halusinasi ku saja untuk itu terjadi.

"Ada Aina mau ketemu kamu" kali ini ucapan bunda membuat ku menoleh. Aina datang, itu sukup membahagiakan. Aku ingin berbagi cerita tentang perasaan ku saat ini.

"Mana bund?" Tanyaku antusias.

Bunda tersenyum lalu mengelus puncak kepala ku dengan lembut "bunda panggil kamu tunggu" katanya seraya berjalan keluar kamar.

Selepas kepergian bunda aku kembali ke posisi ku semula. Menatap intens ke arah jalur masuk hotel sambil berfikir mengapa dan bagaimana. Mengapa ini terjadi dan bagaimana selanjutnya.

"Waduhhh si Eneng gelis nongkrong di balkon galau-galau" heboh Aina setelah masuk ke kamar dan ikut bergabung di balkon.

Aku melirik nya, gadis tersayang ku sedang memakai gamis cokelat muda dan jilbab senada. Ia cantik, cukup menutup aura absurd nya menjadi sedikit kalem.

"Berhenti ngak ngegodanya" ujar ku sambil memasang wajah serius.

"Jangan pasang tampang gitu, ekspresi serius ngak cocok sama kamu. Lebih cocok mimik wajah kesal. Itu loh ekspresi kamu sambil monyongin bibir kayak ikan kelaparan"

Mata ku membulat. Ajaib kamu Ai, sempat-sempatnya menghinaku. Sabar Rey, Aina cuman ingin menghibur.

"Makasih pujiannya Ai" kata ku dengan senyuman.

Entah kenapa Aina hobby sekali tertawa hari ini, dan penyebab nya menertawakan aku "calon nya Raka lucu ya. Tapi sumpah kamu cantik banget pantas Raka mau".

"Udah deh ah kamu ngak tau apa perasaan ku tuh ngak jelas. Aina, teman mu ini masih berharap kalau ini cuman mimpi atau sekedar candaan yang tiba-tiba saat aku turun semua berteriak suprise" kata ku mulai bercerita sambil mengangkat kedua tangan memperagakan.

"Nyatanya kamu yang tidur makanya mimpi mulu. Bangun, pernikahan tinggal sejengkal" kata Aina sambil melambaikan tangan didepan wajah ku.

"Eh Rey masuk yuk udara disini horor ngelus-ngelus badan. Aku tuh khawatirnya habis resepsi bukan nya bahagia tapi Raka harus jagain pasien masuk angin" lanjut Aina dengan kekehan.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang