Bisakah aku belajar menafsirkan cinta bersama mu?
Atau
Menafsirkan pahit atas cinta bersama mu?
Mana yang kau pilih?-Assalamualaikum Ketua Rohis-
Aku bukan manusia penyuka keju mozzarella seperti kebanyakan orang. Bukan manusia penyuka pizza dengan aneka ragam toping di atas permukaan makanan bundar itu. Bukan penikmat burger ataupun hot dog.
Bagiku makanan yang berneka ragam terlalu aneh. Makanan ala-ala dunia barat benar tak ingin di sentuh tenggorokan ku. Aneh. Tapi itu dulu, yah.
Dulu sebelum hari ini aku menganggap makanan dengan aneka jenis toping sangat aneh, tapi setelah melalui sehari bersama orang bernama Raka maka aku mengganti argumen. Yang lebih aneh dari sederet makanan itu adalah Raka. Muh. Raka Farhan. Suami ku tepat semalam.
Raka yang ku kenal adalah Raka pendiam dengan bahasa kaku nya. Raka yang kemana saja diikuti aura kharisma apalagi saat memimpin rapat rohis. Tapi sejak semalam, tepat nya sejak saat hanya tersisa aku dan suami dadakan ku itu, dia sangat aneh.
Aku tak bisa mendeskripsikan, tapi paling parah adalah tak hentinya ia mengumbar senyum. Horor sekali. Kemana Raka yang menegur ku tanpa a ba ta dua tahun lalu? Raka cuek dengan kalimat monohok nya.
"Kenapa tinggal?" Tanya Raka sesaat melihat ku hanya berdiri dekat pintu mobil.
Aku tersentak, ah ternyata kami telah sampai. Hey! Ini bukan acara honeymoon ala-ala pengantin yang lain. Kami bukan pasangan seperti itu, kami spesial. Spesial nikah dalam tempo secepat-cepatnya.
"Ini juga rumah kamu sekarang" katanya lagi sambil menarik ku masuk.
Wah jantung ku. Kenapa berdebar kencang, ini membuat dada ku sakit.
Ini rumah Raka, maksudnya rumah mama Rani. Pagi ini aku merengek ke Raka agar segera pulang. Alasannya satu aku tak tahan dengan sikap aneh Raka. Memandang ku terus, tertawa terus, dan ah.... Senyum nya terlalu manis. Aku takut terbawa arus berujung air terjun. Alias patah hati.
"Assalamualaikum, Ma" ku ikuti ucapan Raka.
"Waalaikumsalam. Eh anak Mama pulang" kata mama sambil berlari keluar. Aku yakin ia dari dapur, aprond garis-garis hitam melekat pada tubuh mama.
"Eh pasangan baru nempel terus mau nya" kalimat mama membuat ku hilang pengertian "Raka mah takut Reyna kabur, lepasin tangannya" lanjut mama sambil memukul pelan tangan Raka agar lepas menggenggam ku.
Aku baru sadar. Ya Allah... Senyaman itu kah rasanya digenggam? Aku sampai gak sadar. Aku malu di depan mama. Sok nolak lamaran tapi malah ke gep gandengan.
Membasahi bibir dengan lidah lalu aku berjalan menyalimi mama. "Mama sehat?" Ah pertanyaan macam apa itu. Jelas sehat, tadikan sudah ku saksikan sendiri mama berlari dan baru semalam kami berpisah. Dasar Reyna aneh.
"Sehat Alhamdulillah. Mama kan bahagia habis dapat anak cewek gelish pisang atuh" puji mama membuat ku terkekeh. Mama ku ini sangat bertolak belakang dengan anak nya yang hidup dalam kosakata hemat.
Ku lihat mama ingin memeluk tapi entah kenapa tak jadi.
"Eh mama kotor Reyna" kata mama memperingatkan ketika aku nyosor memeluk nya.
"Ngak ah, mama cantik gini masa dibilang kotor"
Lalu entah kenapa kami tertawa bersama padahal tak ada yang lucu. Yah, aku menemukan satu kelegaan menikahi Raka. Setidaknya tak ku dapatkan mertua kejam seperti di film India Anandi, Uttaran, dan sesama jenis film dari negeri Tajmahal. Mama mertua ku ini baik hati satu paket dengan selera humor.
"Hem" kode keras seorang Raka.
Ada kacang ternyata sedari tadi. Maafkan istri mu ini Raka.
"Anak mama ganteng, kenapa sih? Batuk?" Pertanyaan macam apa sih itu Ma. Mama tidak mengerti sepertinya bahwa Raka berdehem karena merasa tersisih.
"Tidak, Ma. Sudah yah sambutannya mau bawa barang ke kamar dulu" kata nya sambil menyalimi Mama lalu berlalu.
Sama sekali tak ada niat untuk mengikuti Raka naik ke atas. Kalau aku ekori sama saja berduaan lagi dengan pria itu. Seorang Reyna malas dengan ketua rohis famous itu.
"Mah, Reyna bantu masak yah"
"Ngak usah, Mama bisa kok"
"Reyna kan pengen belajar masak, Ma"
Alasan ku disambut baik oleh Mama, bahkan ia segera menggandeng ku menuju dapur. Baiklah, meskipun pernikahan ini konyol dan aku tak siap menyandang gelar istri tapi bagaimana pun kewajiban tidak bisa aku tolak.
Seorang Reyna akan jadi istri dan menantu yang baik. Cantumkan dengan kuat hanya untuk kewajiban mengurus, bukan hal lainnya.
Setengah jam mungkin waktu aku habiskan memasak dengan mama. Saat ini hidangan sudah tersaji rapi di atas meja makan. Baru aku ingin memanggil Raka nyatanya ia sudah turun lebih dahulu.
"Kata mama makan" ujar ku kepadanya di anak tangga terakhir.
"Kenapa kata mama? Harusnya kata kamu"
Ini Raka kenapa sih? Ngak stres kan nikah sama aku? Kalimat balasannya menjelajah kemana saja.
"Kamu selalu begini? Sudah lah" kata itu yang ucapnya lalu meninggalkan aku terbengong di posisi yang sama.
Yang stres siapa? Yang gila siapa?
"Ayah....." Jeritan anak kecil sangat nyaring terdengar.
Aku bahkan tersentak kaget oleh suara itu. Gadis kecil dengan ikat rambut kuda berlari kencang ke arah Raka. Tunggu! Apa yang gadis kecil itu bilang?
"Ayah?" Aku tak salah dengar kan?
Sebuah sulapan pemikiran tiba-tiba menyerang otakku. Perjodohan dadakan? Pernikahan ekspres? Dan panggilan ayah?
Raka tidak menikahi ku karena disuruh menjadi ibu dadakan juga kan?
Bersambung......
Makassar, 15 Februari 2019
@La_Tahzan27
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...