Hari Pertama Sekolah

6.2K 529 36
                                    

Akan menjadi dusta seseorang yang mengatakan cinta tanpa alasan

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Kembali kepada hari Senin sesungguhnya. Sekolah, tugas, les, simulasi, semester, dan ujian kini menanti di depan. Dengan deretan kegiatan tersebut maka ku ucapkan selamat untuk diri ku sendiri yang telah sampai pada puncak masa sekolah. Dan ku ucapkan terimakasih kepada hujan atas penyambutannya di pagi ini. Hujan di pagi hari langsung membuat ku rindu akan masa liburan kembali.

Aku mengulurkan tangan ke depan untuk menyentuh hujan. Tapi baru sesaat tangan ku langsung di tepis oleh orang yang sedari tadi ikut berteduh bersama aku di koridor ini.

"Apa sih?" Kata ku berusaha sangat sabar.

Raka yang ku beri tatapan sangar tetap terlihat santai dari ekspresinya.

"Masih pagi jangan main hujan" katanya.

Aku mendengus. Kenapa juga aku harus berteduh di koridor lantai satu sekolah bersama Raka. Hari ini Papa sedang ada pertemuaan di kantor. Maka aku pun datang ke sekolah lebih pagi karena Papa yang berangkat lebih cepat. Ku pikir tidak masalah karena akan upacara. Tetapi ternyata dengan yakin ku katakan bahwa hari ini sekolah tidak akan melaksanakan upacara. Bukannya terjebak dengan murid lain di lapangan aku justru terjebak berdua bersama Raka di koridor.

Sekolah masih sangat sepi. Satu-satunya siswa yang aku lihat hanya Raka selain diri ku. Yang lain hanya petugas sekolah seperti Pak Edi yang sibuk membuka ruangan di lantai satu dan Pak Agus yang duduk santai depan kelas X IPS 1. Berkata hujan Pak Agus menambah jadwal liburannya bebas tugas menyiram tanaman.

"Ka" seru ku memanggil Raka. Aku lebih suka memanggil pria itu dengan dua huruf terkahir namanya.

"Kenapa?" Tanyanya. Ia membalas ucapan ku sama sekali tidak melihat ke arah aku. Raka sibuk membersihkan sepatu hitam yang dia kenakan dari percikan lumpur.

Diri ini bertanya, perempuan aku atau Raka? Pria itu sangat tau menjaga penampilannya sementara aku sangat acuh meski sepatu ku juga tidak sebersih saat di rumah tadi.

"Ka, bagian dari sekolah ini yang paling berkesan menurut kamu yang mana?" Tanya ku.

"Kalau kamu?" Ia justru bertanya balik.

"Di lapangan" kata ku dan Raka langsung melihat ke arah lapangan yang terletak di tengah-tengah bangunan sekolah.

Raka mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau begitu aku juga di lapangan"

Aku memukul bahu Raka di pagi ini. Pria itu memang pandai sekali membuat aku kesal.

"Kenapa ikutan sih? Jawab yang jujur dong"

Raka tertawa sama sekali tidak marah atas pukulan ku. Tawa Raka pagi ini sama berisiknya seperti suara hujan menerpa genteng koridor. Tapi aku suka, aku suka setiap irama tawa Raka. Dan terasa sangat membahagiakan saat tawa Raka terdengar karena aku.

"Pasangan itu harus kompak, Rey. Kamu pilih lapangan yasudah aku juga pilih lapangan" jawabnya memberi alasan melenceng dari logika.

Terserah, Raka. Terserah. Mau aku jawab apapun ia pasti selalu punya argumen menentang ku. Kapan aku bisa menang sih Raka?.

"Kamu punya cerita apa di lapangan?" Tanyanya ketika tawa pria itu mereda.

Aku langsung berpikir kisah mana paling menarik untuk aku ceritakan kepada Raka. Sebenarnya mengapa ku katakan lapangan karena tempat itu menjadi tempat pertama kali aku bertemu Raka dan langsung mendapat perkataan sarkatisme. Masih ku ingat setiap detail kejadian itu. Tapi aku tidak ingin menyinggung kejadian itu lagi. Ketika di Bandung mengangkat topik soal hari itu justru menjadi pertengkaran di antara kami.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang