Capek saat aku ingin melupakan dia tapi ada saja hal klise yang tidak terduga membuat aku mengenang
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Hari Jum'at di sekolah sama seperti Jum'at lalu dimana kami setiap pagi akan melangsungkan Jum'at ibadah di masjid sekolah. Kali ini aku membawa kaki ku susah payah dalam melangkah. Entah kenapa, sejak aku bangun subuh tadi rasa malas sangat menguasai.
Aku jalan berdua Aina pulang dari masjid. Gadis itu sudah banyak kali menanyakan kondisi ku yang hanya aku jawab dengan gelengan kepala. Untuk menceritakan apapun aku sedang tidak ingin. Rasa malas ku semakin berlipat ganda saat mengingat Raka dan Fanya ke mall berdua sampai Maghrib. Aku saja belum pernah Raka bawa ke mall.
"Ahhhhhhhhh" rengek anak kecil membuat aku tersentak.
"Rey, masa kamu ngak lihat Faiz? kamu jalan asal tabrak aja" tegur Aina memarahi aku pagi ini.
Kami yang masih ada di lapangan mendapat perhatian dari murid lain. Aku langsung jongkok ingin menenangkan Faiz, anak usia 5 tahun dari guru mata pelajaran sejarah.
"Faiz kakak minta maaf ya? Jangan nangis dong" kata pertama ku yang di tolak mentah oleh Faiz, ia bahkan mengencangkan tangisnya.
"Faiz coba lihat ke atas langit ada bintangnya loh"
"Kata Ibu bintang adanya malam. Kakak bohong" lagi volume tangisnya tambah besar.
Tangan kanan ku yang menunjuk langit langsung aku turunkan. Kenapa bisa kelihatan bodoh sekali di depan anak kecil sih aku ini. Aina yang sama sekali tidak membantu aku untuk membujuk Faiz malah tertawa.
Beberapa menit kami di lapangan di sambut dengan teguran guru melalui mikrofon sekolah. Kami di suruh kembali ke kelas karena jam pertama akan di mulai. Tidak berlaku untuk aku dan Aina, kami hanya simulasi hari ini tidak belajar. Tapi kembali ke kelas tetap harus sambil menunggu giliran kelas kami.
"Kakak Rey mau ke kantin. Faiz mau ikut ngak? Kita jajan kerupuk" bujuk ku dan ampuh.
Bocah berkulit putih warisan Ibunya itu seketika mengangguk dan berhenti menangis. Ia mengusap bekas air matanya sendiri khas anak kecil. Aku yang melihat itu tersenyum. Aku langsung ingat Qeiza yang selalu aku bujuk saat sudah di jaili oleh Raka sampai menangis. Ah, jangan ingat-ingat pria itu saat ini.
"Aku ngak ikut kamu ke kantin ya Rey. Nanti dapat teguran kalau kita berdua"
Aku mengangguk. "Iya. Tolong izin ke Aldo" pinta ku.
Aina kembali ke kelas dan aku segera menggendong Faiz untuk ke kantin. Sekolah kami memang cukup ketat dimana tidak dapat berkeliaran berdua atau lebih. Jika cuman satu orang yang punya kepentingan maka cukup orang itu yang pergi.
Sampai kantin aku langsung bertanya makanan apa yang ingin Faiz beli. Bocah itu mengedarkan pandangan ke segala penjuru kantin. Perasaan ku lega saat melihat area minuman dingin belum terbuka. Akan menjadi masalah kedua jika sampai Faiz memilih air dingin. Wajah Ibu Ina yang akan memarahi ku sudah sangat mendebarkan.
"Faiz mau itu" katanya dengan jari telunjuk mungil menunjuk balon.
"Balon?" Tanya ku dan Faiz mengangguk.
Aku kira ia ingin makanan tapi justru memilih balon. Tidak masalah, membelikan Faiz balon tidak akan membuat Ibu Ina marah.
Dua balon warna abu-abu dan pink sudah Faiza genggam. Ia sendiri yang memilih warnanya. Tetapi kenapa warna itu terlihat tidak asing. Seperti pernah aku miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...