Hari yang Berkahir

5K 510 71
                                    

Dimana aku dalam mata mu?

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Malam ini langit Jakarta menampakkan bulan lebih kecil dari purnama namun masih besar dari ukuran setengah bulan. Jika tak salah ini adalah fase bulan waxing gibbous. Fase bulan setelah bulan purnama yang hinggap di hari ke 14-15 dalam satu bulan.

Ada satu pesan tersirat yang aku pikirkan sejak tadi. Bulan yang sedang bermain dengan gemerlap bintang di atas langit hitam sana seakan mengirimi ku jawaban tentang fase hubungan ku bersama Raka.  Setelah mencapai fase bulan purnama atau bulan penuh, bulan akan memasuki fase waxing gibbous, permukaan bulan perlahan-lahan akan semakin mengecil untuk kembali ke fase awal.

Bukankah ini sama dengan kisah ku? Setiap hari berganti aku akan melanjutkan ke fase baru. Aku terus melanjutkan perjalanan mencari jalan keluar dari labirin hubungan yang tidak ku tau asal muasalnya. Benar. Semakin hari semakin dekat waktu ku mendapat jawaban tapi mengapa juga semakin mengecil tali hubungan ku bersama Raka? Apakah ini sinyal jawaban? Atau apakah pintu keluar yang menunggu ku benar-benar tak indah? Rasanya semua berkecamuk menguras emosi.

Nafas berat ku sekali lagi terdengar. Benar-benar ku katakan ini adalah hari berat.

"Gandhi" panggil ku setelah kediaman kami beberapa saat.

Pria yang semula duduk sambil sandar di tiang rumah itu terhentak kaget atas panggilan ku. Aku lihat dengan jelas Gandhi langsung mengucek matanya untuk sekedar menghilangkan rasa kantuk. Gandh, beribu terimakasih untuk kesungguhan kamu menemani aku dalam setiap fase kehidupan ini.

"Kenapa, Rey? Sudah mau masuk?" Tanyanya sangat terburu-buru.

Aku mengangguk memuat Gandhi mengukir senyum lega. Aku tau pria yang begitu di percayai oleh keluarga ku sejak dulu sangat khawatir dengan tingkah diam ku sejak peristiwa di mall tadi.

"Jangan sedih, aku ada di sini" ucapan tulusnya sambil menarik kedua pipi ku agar aku mengukir senyum.

"Ngak sedih kok"

"Iya, karena Mariposa selalu kuat" candanya.

Aku berdiri siap di depan pintu masuk. Tangan ku masih begitu ragu untuk menarik knop pintu atau sekedar mengetuk. Layar hp ku sudah menampilkan jam 9 malam. Ini pertama kalinya aku pulang malam selain bersama Raka.

"Kenapa?"

"Takut"

"Mariposa yang sudah menyelamatkan phryropia dari monster jahat kenapa takut sekedar mengetuk pintu"

"Ih, Gandh" rengekku. Gandhi selalu saja menganggap aku benar-benar tokoh nyata dalam film fiksi tersebut.

Gandhi tertawa. Ia mengelus puncak kepala ku dengan sisa tawa menyebalkannya tadi. Tapi seperti keyakinan ku sejak dulu, tawa Gandhi selalu mampu membawa pendengarnya untuk ikut tertawa. Tawa Gandhi dapat memperbaiki perasaan ku dalam sekejap.

"Rey, sudah pulang" sapaan tiba-tiba saat pintu terbuka.

Itu Mama. Mama dengan senyum hangat tiba-tiba membuka pintu membuat aku kaget. Bagaimana aku dalam pandangan Mama yang pulang bersama Gandhi di jam seperti ini. Tekad ku menjadi menantu baik sepertinya gagal.

"I...i...ya, Ma" kata ku.

"Gandhi"

"Tante" jawab Gandhi sangat ramah.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang