Diantara Dua Pria

5.2K 539 112
                                    

Terkadang saya ingin memperjelas hubungan ini
Tetapi bagaimana jika kejelasan itu ternyata menyakitkan?

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

"Qei, nanti kain yang ini kita lipit terus setrika biar jadi rok yang cantik" kata ku bersungguh-sungguh menatap Qeiza.

Qeiza yang sibuk main Barbie tadi sempat menoleh sebentar. Ia menatap aku terheran-heran dan mengangguk polos. Setelah itu kembali main dengan boneka Barbie.

Aku mengerucutkan bibir. Bukan kesal kepada Qeiza, tapi ke diri aku. Sudah tau Qeiza gadis berusia lima tahun masih polos. Mana tau soal apa yang aku bicarakan tadi.

Malam Ahad ini aku dan Qeiza menghabiskan waktu berdua di rumah. Hanya berdua. Mama dan Papa pagi tadi berangkat ke Bandung karena Kakek Yamin sempat pingsan saat sore hari kemarin. Untuk ketua rohis itu, dia sedang ikut membantu persiapan unbk hari Senin besok. Ada banyak hal yang perlu di persiapkan belajar dari persiapan usbn yang masih sedikit salah strategi. Entahlah, aku tidak mengerti apa-apa saja itu.

Segala yang ku ketahui kemana Raka bersumber dari Aina. Aina bilang anggota organisasi di arahkan untuk membantu guru. Sebenarnya hanya untuk kelas 11 dan 10 tapi karena ketua organisasi dari kelas 12 maka hari ini semua ketua datang membantu. Hanya sampai hari ini, besok dan seterusnya tidak lagi. Meski Aina tidak lagi terdaftar sebagai anggota tetapi jaringan komunikasi gadis itu masih lancar. Sementara Qeiza tidak ikut karena Mama akan ke rumah sakit tempat kakek Yamin di rawat. Anak-anak tidak bisa ikut ke rumah sakit.

Jam dinding sudah menunjukkan setengah dua belas malam. Di luar juga sedang hujan sementara di rumah hanya kami berdua.

Aku menghela nafas. Hujan-hujan seperti ini bagusnya makan. Tapi mau makan apa kalau Mama tidak ada.

"Qeiza" panggil ku lembut. Gadis kecil itu menoleh.

"Kakak pinjam boneka Qeiza, kakak mau buatin Barbie Qeiza baju" kata ku disambut sumringah oleh Qeiza.

Ia berdiri cepat dan mengahampiri aku. Boneka Barbie yang semula di tangan Qeiza sudah di tangan ku. Aku mulai memperkirakan ukuran tubuh boneka Qeiza. Hanya sekelas pengukur amatiran.

Tangan ku menggaruk kepala tanda pusing sendiri. Aku sudah lama tidak membuat baju Barbie. Sewaktu kecil hobby ku memang menjahit, bahkan tetangga ku yang bekerja sebagai penjahit senang mengirimi aku kain perca karena mereka tau aku senang menjahit.

Ini juga janji ku di awal datang ke rumah ini sebagai istri Raka. Aku sudah janji ingin membuatkan barbie Qeiza baju namun baru terlaksana hari ini.

Aku mengangguk yakin. Samar-samar aku ingat bagaimana cara ku dulu membuat baju. Saat aku sudah mengambil ukuran aku mengembalikan boneka Qeiza. Gadis itu kembali lagi bermain.

Setengah jam berlalu dengan hujan semakin deras. Baju untuk barbie Qeiza telah jadi tapi belum aku tunjukkan. Nanti saja. Yang aku pikirkan sekarang kapan Raka pulang?.

Kami memang tak banyak bicara. Basa basi seperti dulu tidak pernah lagi kami lakukan. Sibuk mengurung diri di kamar masing-masing. Lebih ke diri kami agar fokus ujian tanpa melibatkan masalah pribadi.

Apa dia akan menginap di sekolah? Ada beberapa yang menginap memang. Dan kemungkinan Raka juga apalagi dia masih menjabat sebagai ketua organisasi. Tanpa sadar fakta itu membuat ku lesu. Hanya berdua dengan Qeiza mungkin ini akan menjadi malam menyepi.

"Qeiza udah ngantuk?" Tanya ku. Aku melihat Qeiza yang kelihatan sudah sulit membuka mata di atas sofa. Barbie di tangannya pun jatuh karena tidak sanggup dia pegang.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang