Kadang serumit itu
Ketika aku ingin memulai ia ingin mengakhiriNamun, di saat aku mulai lelah ia mengajak untuk membangun kembali
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
-----
Selepas makan malam ketika aku keluar dari dapur Raka tengah sibuk bermain dengan Qeiza.
Entah apa yang mereka perbincangankan hingga posisi berbicara pun sangat dekat. Raka terus bicara dan raut wajah Qeiza seperti raut wajah ku ketika harus berusaha mencari tau apa maksud ucapan Raka.
Aku sampai geleng-geleng kepala sendiri berhenti antara penghubung dapur dan ruang keluarga. Seperti aku yang besar bersama Gandhi sehingga hobby berpikir pria itu ikut ter-tular ke aku, nanti Qeiza yang besar bersama Raka bisa jadi otak cerdas pria itu juga merambat kepada Qeiza. Seperti nya aku akan punya adik ipar saat dewasa ala Albert Instein, Thomas Alfa Edison, atau mungkin Alexander Graham Bell.
Aku tidak mengganggu mereka lebih pilih menyalakan tv. Terakhir ku lihat dua bersaudara itu bertos riah dan Raka mengecup pipi Qeiza seperti biasa.
"Kakak Ley" panggil Qeiza ternyata sudah ada di dekat ku.
Gadis kecil itu naik kedalam pangkuan ku membuat aku tertawa. Ia memainkan ujung rambut ku tanpa berbicara.
"Iya, kenapa Qei?" Jawab ku.
Ia tersenyum manis menatap aku serius namun dengan bola mata polos khas anak kecil.
"Kakak Ley, kenapa kakak singa bilang maliposa?" Tanya nya yang mengundang kebingungan ku.
Bukan tidak mengerti soal Mariposa, tapi soal dari mana dia bisa mengingat perkataan Gandhi dan apa itu penting untuk Qeiza?.
"Hmm...." Dehem ku pura-pura berpikir "Qeiza mau tau?"
Justru yang gadis kecil itu lakukan diam sambil menoleh kepada Raka. Ia kembali melihat ku lalu menggeleng.
"Qei ngak tau, Abang yang suluh" jujur nya dengan jari telunjuk kanan mengarah kepada Raka.
Pria yang Qeiza jatuhi status sebagai tersangka menoleh dengan wajah terkejut. Yang semula mata nya sibuk menonton apa yang aku putar di tv kini melihat aku dan Qeiza.
Aku tertawa singkat, seperti nya aku mulai paham apa yang mereka bicarakan tadi.
"Abang suluh Qei nanya ke kakak Ley?" Selidik ku yang menambah ekspresi kaku Raka.
Qeiza mengangguk "nanti Abang mau belikan Qei boneka belbi balu" secara tidak langsung Qeiza sudah membongkar aksi menyogok Raka.
Aku gemas dengan tingkah adik Raka, menghujami nya dengan ciuman pada pipi chubby Qeiza. Aku menurunkan ia dari pangkuan ku lalu mendekat kepada Raka yang kembali fokus kepada tv.
"Ka, nyogok itu dosa loh" ucapan pertama ku ketika sudah ada di samping nya.
Pria di samping ku ini sama sekali tidak melirik "aku ngak nyogok" belanya.
"Yah.... Qeiza bohong dong, kata Abang ngak mau beliin Qeiza boneka Barbie" adu ku kepada gadis itu yang sedang sibuk mewarnai.
Ia melirik ku dan Raka secara bergilir. "Abang tadi suluh" lagi Qeiza kembali mengadu.
Gadis itu tidak terlalu mengurusi, setelah nya ia kembali menggeluti mewarnai dari pada larut dalam ucapan ku dengan Raka.
Raka, ia tetap diam entah diam karena memang dia pendiam atau diam karena sedang malas berbicara. Tidak tau yang intinya aku ingin tau maksud dia menyuruh Qeiza bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Terror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...