Aku Ingin Berharap. Boleh?

11.5K 943 42
                                    

Mengapa tetap sulit menaruh harapan meski tau ia telah menjadi milik kita?

Dan itu, terjadi kepada aku.

-Assalamualaikum Ketua Rohis-

"Assalamualaikum"

"Waaalikumsalam. Eh, kamu sudah pulang" aku menyambut kedatangan Raka yang sedang menenteng tas.

Ia membalas sambutan ku dengan senyuman. Jika kemarin terasa manis melihat senyum orang ganteng di pagi hari, lalu sekarang di sore hari melihat senyum orang yang sama itu apa?.

"Kamu kok baru pulang?" Kami ada di posisi yang dekat, ia tepat di hadapan ku. Sepertinya, aku mulai terbiasa dengan radius jangka panjang yang aku bentang kini mulai memendek.

Raka mengangguk. "Habis rapat buat ganti kepengurusan"

"Padahal aku kira kamu pulang duluan" sempat ketika menunggu Aina aku melihat Raka telah di parkiran bersama Andi. Aneh, ketika sampai di rumah justru aku yang lebih dulu tiba.

"Minta tolong, Rey. Tadi aku kepanasan nunggu seseorang"

Mengetahui ia yang tak ada di rumah lebih cepat membuat aku teringat perkataan nya tempo lalu.

"Kenapa?" Pertanyaan Raka menghentak kan aku ke alam nyata kembali.

"Aku pikir kamu terlambat pulang karena nunggu seseorang lagi" jawab ku jujur.

Ia menaikan alisnya sebelah, memandang ku serius, aku jadi salah tingkah sendiri.

"Kamu cemburu?"

Eh, cemburu?

"Ngak lah. Buat apa cemburu? Kamu mau mikir seseorang, mau nunggu seseorang, apapun itu ngak ada pengaruh nya buat aku" aku mendelik horor ke arah Raka.

"Ngak usah nge gas, Rey. Jadi bener yah aku dapat izin buat something person" katanya masih dengan mempertahan wajah datar.

Aku tidak menjawab. Ingin sebenernya menjawab no problem, tapi dua kata itu seakan tidak dapat keluar dari tenggorokan ku.

Berlalu meninggalkan pria itu lebih aku pilih. Meski aku dengar ada tawa kecil di belakang ku. Itu pasti Raka, hantu tidak ada yang tertawa.

"Kamu sendiri di rumah?" Tanya Raka sambil menarik kursi makan lalu duduk dengan santai.

"Ngak"

"Terus sama siapa?"

Ini Raka hobby bertanya yah? Selalu saja bertanya.

"Sama orang yang dari tadi nanya mulu kerjaannya" aku melotot ke arah Raka.

Ia terdiam sebentar, lalu tiba-tiba mengulas senyum. Aneh atau aku yang lupa bahwa Raka memang bunglon. Ia berubah kapan saja.

"Sama orang ganteng kan yah?" Aku tersedak air, akibat nya ada cipratan air dari mulut ku yang terkena wajah Raka.

Jorok sih, tapi ku pikir tidak usah merasa bersalah. Hal ini pun akibat ucapan tiba-tiba Raka yang over pede.

"Kamu kaget banget dengar aku ganteng" ia mengambil tissue untuk membersihkan wajah "aku juga dengar nya itu dari orang lain sih" ia melanjutkan.

Ini Raka mau nya apa? Setiap aku berbincang dengan nya selalu saja membuat aku berpikir kuat untuk menelaah apa yang ingin dia sampaikan.

Intinya ia ingin mengatakan bahwa banyak yang memuji bahwa dia ganteng, ia ingin pamer atau ingin meminta pembenaran pernyataan orang-orang tersebut?.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang