Kenapa harus kita?

6.9K 614 152
                                    

Kecewa terlalu menyakitkan karena berasal dari seseorang yang begitu berarti

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

"Aku mau kita pisah"

Sudah satu menit kalimat itu aku katakan. Aku menunggu bagaimana reaksi Raka. Ia tetap diam, sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Aku tidak tau apa yang otaknya pikirkan. Yang berubah hanya mata Raka, yang tadi menahan air mata berubah dengan tatapan tajam untuk aku. Ia menatap aku seakan tidak suka dengan ucapan ku barusan.

"Apa yang tadi kamu bilang?"

"Aku mau kita pisah"

"Tidak" selanya cepat. Ia seperti menyuruh ku diam dan tidak berkata apapun lagi.

"Aku tau kesalahan aku sangat besar. Aku tidak percaya sama kamu, aku tidak bertanya lebih dulu sebelum marah. Tapi apa hanya berpisah untuk menjadi jalan keluarnya, Rey?" Lagi katanya.

Aku diam sekarang. Tidak ada kata-kata yang bisa ku ungkapkan. Apa ada jalan lain selain berpisah? Hanya ini yang otakku sarankan maka berpisah yang mulutku katakan.

"Apa aku tidak berhak untuk kesempatan kedua? Pernikahan bukan tentang kita saja. Bagaimana dengan hubungan Mama dan Bunda yang sudah menjalin persahabatan sejak sekolah. Apa kamu mau membuat hubungan mereka tidak lagi seperti dulu karena adanya perceraian?" Bujuk Raka.

Cerai? Apa maksudnya Raka kata pisah yang ku katakan tadi adalah perceraian?.

"Aku tidak bilang untuk kita bercerai" ujar ku. Bagaimana bisa Raka menganggap berpisah adalah bercerai.

Sorot mata tajam Raka kini berubah. Ia mengernyitkan kening, apa Raka sedang merasa heran dengan ucapan ku kali ini?.

Tawa singkat ku muncul. Hal itu semakin menambah kebingungan Raka. Mungkin sekarang semua misi ku terpenuhi. Aku sudah bisa membuat Raka berekspresi lain. Wajahnya tidak lagi datar, tatapan aneh, ekspresi aneh, semua itu yang aku lihat sekarang.

Sekarang otak cerdas Raka pasti lagi berusaha mencerna kalimat ku.

"Aku tidak bilang untuk kita bercerai" lagi, ujar ku.

"Berpisah?" Tanyanya cepat. Ia menuntut aku untuk segera menjelaskan.

"Kamu benar, kamu salah, tapi bukan berarti kesempatan kedua tidak ada. Pernikahan bukan hanya tentang kita, tapi juga tentang kedua orang tua kita. Semua yang kamu bicarakan itu benar. Kita berdua masih terlalu muda untuk mencerna permasalahan dalam hubungan rumit seperti ini. Dan aku tidak ingin menyesal di kemudian hari jika hari ini aku meminta kita bercerai langsung tanpa adanya kesempatan kedua. Tapi aku juga sedang lelah dengan hubungan ini, aku sedang ingin beristirahat, aku sedang ingin melupakan hubungan ini untuk sesaat" aku berhenti, mengambil oksigen sebelum melanjutkan penjelasan atas permintaan tiba-tiba ku.

"Aku akan kuliah di Singapura. Selama aku pergi mari kita anggap bahwa tidak pernah menikah. Kita kembali pada kehidupan sebelum hubungan ini. Reyna hidup pada hidupnya, Raka hidup pada hidupnya. Setelah aku kembali dari Singapura baru kita bicarakan kembali mengenai hubungan kita. Membuka cerita kedua atau menamatkan cerita pertama" lanjut ku.

Raka diam. Ia semakin memandang aku dalam. Segala tatapan Raka sekarang sudah aku pahami. Bahkan untuk tatapan yang dari dulu tidak aku sukai kini juga sudah aku tau apa maknanya. Aku tidak suka tatapan Raka karena dalam tatapan itu tidak ada kepercayaan yang ia berikan untuk aku.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang