Malam yang Indah

13.8K 1.1K 19
                                    

Akhirnya aku mengerti
Bahwa harapan dapat muncul dari perbincangan sederhana

-Assalamualaikum Ketua Rohis-

"Intan, buka ngak pintunya" kataku sedari tadi memukul keras pintu kamar Intan.

Intan, gadis itu benar-benar selalu mencari masalah dengan ku. Yah meskipun sekedar iseng.

"Gadis Singapura buka pintu nya"

Inilah salah satu dampak negatif yang aku rasakan ketika Intan berkunjung ke Indonesia. Setiap waktu ada saja ulah yang gadis itu lakukan.

Berselang sepuluh menit aku berdiri depan kamar Intan yang masih setia tertutup rapat, Raka datang dengan keadaan tergesa-gesa.

Radius dua meter ia sempat berhenti sejenak menatap ku lalu kembali mendekat. Bedanya ia tak lagi berlari.

Alis nya terangkat sebelah, ah.... Aku yakin dalam pikiran pria itu seorang Reyna selalu saja membuat pusing. Mungkin kah setelah ini akan ada cerita sang pria telah menyesal menikahi sang wanita?.

Ku abaikan tatapan pria itu, kembali memukul pintu kamar dengan telapak tangan lebih ingin ku lakukan dari pada saling memandang dengan nya. Tentu membalas tatapan pria itu beresiko terhadap jantung satu-satu ku.

"Intan....."

"Aduh...." Jerit ku spontan duduk. Terlalu kesal aku sampai menendang pintu, akibatnya kaki ku sendiri yang sakit.

Intan memiliki prinsip membuat Reyna kesal akan membuat dirinya bahagia. Sedetik aku berteriak kesakitan, suara tawa terdengar dari balik pintu. Siapa lagi jika bukan gadis Singapura.

"Kamu tidak apa-apa?" Raka berjongkok disamping ku. Raut wajah nya kembali seperti saat berlari tadi. Kenapa? Pria itu mengkhawatirkan ku?.

Kini giliran Ayah, Bunda, dan Tante Diani yang datang. Mereka menggelengkan kepala. Pasti tidak akan asing lagi melihat keributan ku dengan Intan.

"Yah, Intan ngerusak tanaman Reyna di halaman belakang" rengek ku.

Ayah mendekat, lalu aku kembali berdiri begitupun Raka.

"Intan buka pintu nya" kan, bandel kamu Intan kalau sudah Ayah ku yang datang kamu harus buka.

"Ada apa om?" Ini gadis muncul dari balik pintu bertanya ada apa? Menambah api semakin panas saja.

"Intan..... Ganti rugi semua tanaman aku yang kamu porak porandakan" ku tarik lengan Intan memaksa nya keluar.

Intan menahan diri tak ingin ikut dengan ku.

"Kamu gadis tinggal di Singapura lama-lama kayak singa juga kamu. Dasar suka nya nyari mangsa. Ganti rugi ayo"

"Ngak mau. Aku kan cuman iseng Rey"

"Iseng kelewat batas kamu"

"Niat awalnya pengen motong daun kering nya ajah ko Rey, ngak tau kenapa malah kepotong sampai batang-batang nya"

Aku menjauhkan tangan ku dari lengan Intan yang ku genggam tadi. Menatap gadis itu sambil berkaca-kaca.

"Kamu ngak pernah niat baik ke aku. Kamu tuh kalau iseng sewajarnya aja. Kamu tau betul kan tanaman itu milik dan kesayangan aku. Tiap kali kamu berulah cuman bilang 'kan cuman tanaman Rey'. Keterlaluan kamu" unek-unek yang ku sampaikan tepat di hadapan Intan.

Meninggalkan mereka berlima aku masuk kedalam kamar. Mungkin atau memang aku lebay hanya karena tanaman yang dipotong habis oleh Intan marah dan menangis. Tetapi, tanaman itu memang berarti. Hidup sebagai anak tunggal yang kesepian untuk teman bermain, sedari dulu aku merawat tanaman untuk menghilang kan kejenuhan. Dan setelah berkembang dengan indah dengan santai gadis itu memotong seperti sayur yang akan di masak, bagaimana aku tidak kesal.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang