Aku yang mencari, aku yang menemukan, dan aku yang tersakiti sendiri
Misi menyakitkan
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Suara pintu kamar terbuka membuat aku terbangun dari tidur. Mata ku mengerjap melihat siapa itu.
Oh, Aina. Gadis pemilik kamar ini. Ini akan menjadi malam ketiga aku menginap di Rumah Aina. Sejak Sabtu pagi orang rumah berangkat ke Bandung aku putuskan untuk keluar dari rumah sementara menjauh dari Raka. Firasat ku hanya memberi sugesti tinggal dengan Raka dalam keadaan saling memendam amarah bisa menimbulkan masalah baru. Jadi aku keluar dari rumah Sabtu itu juga.
Mengingat Raka perasaan ku kembali campur aduk. Aku memilih menenggelamkan diri bawah selimut kembali. Aku penasaran kondisi Raka yang sakit di rumah, tapi ego ku juga tinggi untuk tidak ingin kembali dulu.
"Jangan lanjut tidur" kata Aina menarik selimut dengan keras.
Aku duduk memandang Aina dengan cemberut.
"Kenapa, Ai?"
"Ini nih kalau orang galau, taunya cuman hibernasi terus. Lihat jam Rey, sudah jam berapa sekarang"
Aku langsung melirik jam weker di samping lampu tidur. Mata ku melebar tidak percaya.
"Jam 6 malam?"
"Dan kamu belum mandi. Ih sana mandi, bau tau" katanya bercanda sambil melempari aku bantal.
Dengan malas aku turun dari tempat tidur. Masalahnya jika aku tidak tidur yang ku lakukan hanya terus berpikir ini dan itu. Oleh karena itu, aku lebih pilih tidur seharian agar kepala ku bisa berhenti mengingat nama Raka.
Keluar dari kamar mandi aku melihat Aina sedang shalat Maghrib. Dengan tergesa-gesa aku menyisir rambut dan juga ikut menunaikan shalat Maghrib.
"Ai, tadi kamu dari mana?" Tanya ku basa basi. Aina juga keluar sejak siang dan kembali saat Maghrib.
Aina yang sedang nonton drama China about love menekan tombol pause. Ia langsung menatap aku dalam yang sedang membaca salah satu novel miliknya.
"Kenapa?" Tanya ku heran.
"Aku habis dari taman aja sih" jawabnya.
Aku mengangguk mengerti. Ia tadi keluar memang menggunakan sepeda.
"Rey, Rey" lompat Aina ke atas kasur. Aku melihat Aina yang seperti ingin mengutarakan sesuatu tapi ia tahan.
"Kenapa?" Tanya ku memulai. Mungkin saja ini tentang aku tapi ia sungkan untuk bicara.
"Kamu sampai kapan mau marah ke Raka?"
"Ngak tau" cuek ku.
"Sakit, Aina" astaga gadis itu memukul bahu ku dengan keras.
"Mungkin kedengarannya aku terlalu ikut campur tapi kamu itu ke kanak-kanakan sih, Rey. Kamu pikir dengan pergi gitu aja dari rumah masalah kamu dan Raka selesai? Yang ada hubungan kalian berdua itu ngegantung mirip jemuran ngak kering saat musim hujan" katanya dengan menyisipkan kalimat candaan.
Aku langsung menutup novel di tangan ku. Ponsel ku yang ada di samping ponsel Aina berdering. Mode hening aku aktifkan karena setelah shalat Maghrib tadi ponsel ku terus saja mendapat telfon.
"Raka tuh, angkat gih" saran Aina.
"Ngak" kata ku dengan gelengan.
"Sudah tiga hari loh, Rey. Aku ngak masalah kamu mau nginap berapa hari di rumah aku tapi kamu juga perlu cari jalan keluar. Kalau orang tua Raka pulang dari Bandung sementara kalian masih begini itu bukannya bakalan jadi masalah baru?" Lagi nasihat Aina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...