Tahun Baru, Hari Pertama, dan Tamu Pertama

8.2K 639 129
                                    

Kamu menginginkan aku untuk mengerti sementara kamu menunda untuk menjelaskan

Yang salah siapa?

-Assalamualaikum Ketua Rohis-

-----

Jakarta, Reyna kembali.

Selamat tinggal Bandung.

"Assalamualaikum" salam ku tepat ketika Mama telah membuka pintu rumah. Meski Jakarta tidak sesejuk Bandung tetap saja aku merindukan rumah Mama ini.

Kata pepatah hujan emas dinegeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Menurut ku maksudnya lebih enak tinggal di tempat sendiri meski tidak seindah tempat lain.

Pastinya. Aku mau bangun kesiangan juga tidak masalah. Seperti itulah kira-kira.

Ku hempaskan tubuh ke sofa ruang tamu. Bukan aku yang mengemudi tapi kaki ku yang rasanya mati rasa hingga tak sanggup naik ke tangga. Sebenarnya ini karena Qeiza tidur selama perjalanan dan ia menindih kaki ku. Rasa keram itu begitu menjalar di sekujur kaki.

"Tidur di kamar, Rey"

"Hmmm"

Mata ku sudah hampir tertutup hanya samar-samar yang aku lihat bicara itu adalah Raka. Ku lihat Papa juga sudah masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai dasar. Pasti Papa juga lelah.

Raka tidak memperpanjang ucapannya. Ia berlalu begitu saja menunju taman belakang. Oh iya, satu pekan tanaman itu tidak terurus. Jadi malu sendiri awalnya aku yang sangat semangat ingin membuat kebun tapi mengapa justru Raka yang lebih merawat.

Atau ini karena Raka yang kelewatan rajin? Anggap saja begitu.

"Assalamualaikum"

Salam halus dengan ketukan pada pintu rumah mengusik kembali tidur ku yang sudah nyaris nyenyak. Aku menunggu beberapa saat belum ingin membuka mata dari rasa nyaman ini.

"Assalamualaikum" salam kedua dengan ketukan lebih keras dari sebelumnya.

Aku mengalah dan terpaksa membuka mata melepas rasa nyaman yang sangat aku butuhkan. Tidak langsung berdiri tapi aku justru menengok ke arah taman belakang. Berharap sosok ketua rohis yang memiliki banyak fans itu muncul dan berkata "lanjut tidur saja Rey biar aku yang buka"

"Assalamualaikum"

Lagi dan sudah dua menit aku menunggu suara jalan Raka menuju ruang tamu justru tidak muncul. Aku menghela nafas lelah, apasih yang Raka buat di belakang sampai tidak mendengar suara ada tamu.

"Assalamualaikum"

"Iya tunggu" kata ku dengan tangan sudah menyentuh kenop pintu.

Tapi ada perasaan lain yang tiba-tiba hadir. Suara dari jarak dekat dimana hanya pintu sebagai penghalang rasanya suara itu tidak asing dalam saraf auditor ku. Otak ku merangsang pemikiran berusaha mengingat siapa pemilik suara itu.

"Iya, aku sudah sampai rumah Raka"

"Tapi nanti buat alasan apa bagusnya?"

"Biar kenal aja dulu yah, oke kalau begitu"

Suara samar-samar dari balik pintu itu terus berusaha aku cerna. Pemilik suara yang sedang menelfon itu baru saja mengakhiri telfon dengan mengucap salam.

Bayangan pemilik suara tersebut tidak bisa aku ingat. Aku langsung berjalan dibalik tirai jendela ruang tamu. Mengintip dari celah kecil dengan membuka tirai jendela.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang