Sebetulnya bukan salah mu jika aku merasakan sebuah sakit
Bukan salah mu jika aku merasakan sebuah kekecewaanIni salah ku, salah ku yang berani memulai meski tau konsekuensi namun menutup mata tak ingin menerima nya
Ini salah ku, yang menyalahkan mu agar hati ku tidak semakin teriris luka karena kebodohan diri sendiriAku, manusia yang tidak berani dalam menerima kenyataan.
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Suasana taman sangat ramai. Ratusan jiwa, mungkin jika seseorang dengan kurang kerjaan menghitung banyak nya pengunjung secara manual.
Aku tidak memusingkan ada berapa jumlah manusia di sini dan tidak memusingkan harus beberapa kali kesenggol oleh orang yang berlalu lalang.
Yang aku fokuskan hanyalah para stan makanan di bagian car free day. Tujuan utama ku ke sini.
Deretan list makanan sudah aku rangkum dalam pikiran. Mulai dari batagor hingga minuman dingin. Aku tidak sabar, sungguh.
"Mau kemana, Rey?" Raka menarik hoodie jaket abu-abu yang aku kenakan. Akibatnya tubuh ku tertarik ke belakang dan kembali pada posisi di samping Raka.
Aku tersenyum lebar "mau itu" kata ku sambil menunjuk bagian makanan.
Raka mengikuti arah telunjuk ku, lalu sedetik kemudian ia memicing kan mata menatap ku lekat. Ada yang salah?.
"Jangan bilang mau hidup sehat cuman alasan untuk ke sini? Niat asli mau belanja makanan" kata pria berjaket hitam di hadapan ku dengan tepat sasaran.
Aku mengangguk kan kepala menambah ukuran senyum ku semakin lebar "ngak alasan juga, tapi ngak salah juga" ku lihat Raka menautkan alis. Pasti dia bingung.
"Siapa sih yang ngak mau hidup sehat, aku juga mau lah. Tapi sepertinya ngak sekarang, aku mau jajan dulu" penjelasan ku lalu aku kembali melangkah menuju stan makanan.
Lagi-lagi Raka kembali menarik hoodie jaket ku seperti diawal. Ia menggagalkan aku terus untuk mulai berbelanja.
"Seperti nya ucapan Mama harus aku ikuti" kalimat nya membuat aku bingung "aku harus menggandeng tangan kamu supaya tidak berkeliaran kemana-mana" telapak tangan kanannya ia satukan dengan telapak tangan kiri ku.
"Wah mau kencan, jangan lupa gandengan" aku mengingat ucapan Mama saat di dapur tadi. Mama ku yang heboh.
"Tapi... Tapi" Raka sudah mulai menyeret ku ke tempat lari, sedangkan aku terus menatap bagian makanan sambil menunjuk nya.
"Selamat tinggal angan-angan ku" lirih ku dalam kepasrahan.
Akhir nya pria menyebalkan di samping ku ini telah berhasil membuat aku berdiri pada bagian lapangan. Sayang nya, justru pria yang aku gelar menyebalkan semenit yang lalu adalah suami ku. Takdir ku seperti ini.
Aku mengerucut kan bibir, harapan semoga Raka dapat peka bahwa aku kesal.
Realita tak sesuai ekspektasi, yang terjadi justru pria itu malah tertawa kecil.
"Aku pernah bilang kan, aku suka ekspresi kamu ketika begini" ia menyebut alasan nya tertawa membuat aku segera menghentikan ekspresi kesal. Berharap dapat mengabulkan keinginan justru ia membuat semakin kesal.
"Tapi kan aku mau ke sana" prinsip Reyna harus berjiwa optimis. Aku kembali mencoba negosiasi dengan ketus rohis di hadapan ku.
"Boleh" kata Raka mantap mengundang kegembiraan "setelah lari lima kali" lanjut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...