Yusuf Ku

8.3K 766 74
                                    

Sejati nya manusia selalu mencari pemikiran untuk membuat dirinya tenang, meski tau bahwa pemikiran itu sebenarnya salah

Muh. Raka Farhan

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Waktu ujian tiba, tidak terasa ternyata. Jika dulu saat ujian aku selalu menghabiskan waktu menyendiri di kamar bergelut bersama buku sendiri maka sekarang berbeda.

Sudah lima hari pria bernama Raka akan selalu menemani ku dalam belajar. Jika biasanya aku yang anarkis membangunkan dia saat tidur maka berbeda untuk lima hari ini dia yang anarkis membangunkan untuk belajar.

Kejam kan!

Bahkan tidur sore ku pun sering mendapat big sale karena Raka begitu semangat ingin belajar di sore hari.

Katanya "malam pasti banyak alasan, Rey. Tidak tentu juga kamu bisa mempelajari tiga mata pelajaran sekaligus dalam satu malam"

Dia selalu benar.

"Capek ah, ngak ngerti pokoknya" gerutu ku entah sudah keberapa kali.

Ujian terakhir besok, pelajaran bahasa Inggris. Kelemahan ku sedari dulu adalah pelajaran tersebut, entah kenapa mungkin karena aku yang dari dulu tidak punya minat untuk mempelajarinya.

Raka menyimpan pena di atas buku cetak, bahkan buku cetak ku pun sudah tidak sebersih satu jam lalu. Sudah ada simbol lingkaran baik untuk menandai sebuah kata atau kalimat.

"Bagaimana mau paham kalau kerjaan kamu cuman mengeluh dari tadi" dan juga entah kalimat itu sudah berapa kali Raka ulangi.

"Aina pintar loh bahasa Inggris, kan bisa minta jawaban ke dia"

Hembusan nafas keras terdengar dari Raka. Aku yang pusing kenapa dia yang pasrah. Aneh kan.

"Aku kira kamu peringkat pertama, Rey? Tapi bahasa Inggris kamu tidak bisa?" Tanya nya takjub.

Memutar bola mata aku pilih, peringkat pertama tidak tentu harus menguasai semua pelajaran kan?.

"Pokoknya ngak paham"

"Makannya bel...."

Ucapan Raka aku hentikan dengan menutup mulut pria itu.

Aku mengambil ponsel yang tergeletak di atas sofa. Mencari nomor yang aku yakin dapat membantu aku besok.

"Gandhi......" Jerit ku over semangat.

Pria di seberang sana menggerutu mengatakan aku dapat merusak pendengarannya dalam waktu dekat. Ah, memang dia selalu seperti itu, menganggap ku beban tapi tidak dapat berpisah juga dari aku.

"Kenapa, Rey?" Tanya Gandhi sesabar mungkin.

Senyum ku terbit, aku memilih menyalakan loudspeaker ponsel. Tepatnya mau pamer kepada Raka, pria yang asik menulis terus bahwa besok akan baik-baik saja karena akan ada Gandhi.

"Gandh, besok kan ujian bahasa Inggris" Gandhi hanya berdehem, pasti dia sudah tau aku punya mau.

"Nyontek yah"

"Ngak" tegas nya langsung. "belajar, Rey. Kamu punya suami pintar tuh di manfaatin jangan cuman berantem tau nya"

Aku spontan melirik Raka. Iya, sanking pintarnya sampai aku pusing kapan dia berhenti belajar. Serasa otak Raka itu mesin fotokopi yang bisa menyalin semua materi dengan rapi.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang