Aku ingin mengalah dari rasa penasaran untuk jawaban yang tak kunjung terucap
Karena aku, capek.
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
-----
"Selamat pagi hari Senin yang indah" heboh ku sambil kedua tangan membuka lebar jendela kamar balkon yang langsung menghadap taman belakang.
Hari ini hari yang indah. Hari Senin dengan status libur. Kurang membahagiakan apa lagi?.
Ku hirup dalam-dalam oksigen setelah jendela terbuka lebar. Tidak mirip dengan Bandung udaranya, tapi tidak semengerikan udara di jalan raya juga. Masih segar udara pagi dari taman belakang yang tanamannya sudah melahirkan berbagai macam bunga.
"Masih pagi Rey tapi suara kamu sudah sampai keluar kamar"
Yang menegur tentu saja seorang Raka. Aku berbalik menghadap pria itu dengan senyum yang sudah hilang.
Ah, Raka. Pandai sekali dia menghancurkan Senin indah ku.
Ia sedang bersandar pada pintu kamar mandi. Iya, yang aku tempati ribut adalah kamar sang ketua rohis. Pantas saja dia marah.
Aku tidak jadi protes kepada Raka karena sudah mengurangi sedikit kadar keindahan hari ku. Sebab saat aku melihat pakaian yang Raka kenakan hari ini justru menarik perhatian ku.
"Wah...." Kata ku setengah berteriak dan mungkin lebay di mata Raka. "Bapak ketua rohis yang katanya ganteng mau kemana pagi-pagi sudah rapi?" Goda ku kepada Raka.
Wajah Raka sama sekali tidak menunjukkan ekspresi lebih. Kalem-kalem saja, datar-datar saja. Padahal jika aku yang di posisi sedang di goda wajah ku langsung panas.
"Rapi? Biasa saja. Tidak usah terkesima seperti itu, nanti aku merasa seperti pangeran baru datang"
Ya Allah, senyum ku yang tadi aku beri kepada Raka langsung berubah dengan wajah melongo.
Percaya dirinya tambah naik saja, mulai hari ini aku harus review makanan apa yang aku masak sampai Raka jadi seperti itu.
Tapi ganteng betul sebenarnya.
Raka berjalan meninggalkan aku menuju jendela taman belakang yang sudah aku buka. Pria itu merapikan tirai jendela yang belum sempat aku rapikan.
"Serius deh mau kemana?" Tanya ku lagi dengan nada lebih serius.
Masih belum ada jawaban. Pria itu justru pindah posisi duduk di atas tempat tidur lalu mengambil ponsel yang barusan dia cas.
Raka memakai kemeja. Ini kedua kalinya aku melihat penampilan seperti itu. Pertama saat kami menikah, kedua di hari ini. Setelah enam bulan lebih tinggal serumah baru kali ini aku melihat dia memakai kemeja abu-abu berlengan panjang.
Kalau tidak malu, atau tidak takut jantung ku akan berdetak cepat, sudah pasti aku akan memuji Raka terang-terangan.
"Rahasia" malah itu yang dia jadikan jawaban.
Aku diam dan mencoba berpikir sendiri Raka akan kemana. Laku tiba-tiba pemikiran konyol terlintas.
"Kamu mau nikah yah?" Kata ku tidak berpikir lebih panjang. Langsung spontan ku katakan.
Dan Raka yang mendengar itu langsung menatap aku tajam. Horor. Astaga..... langsung ku pukul mulut ku sendiri.
"Kalau masih ngantuk tidur lagi, Rey. Jangan ngelantur pagi hari" nah kan kena semprot lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Terror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...