Bukan karena perasaan mu untuk nya di detik ini hingga kamu harus terus memperjuangkan dia
Hati ada titik lelah nya, bisa saja di detik pertama kamu menoleh perasaan mu pun sudah berbalik ke lain arah
Sesama hati dapat berbicara, ketika bertemu ia akan saling yakin bahwa mereka cocok
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
-----
"Intan bilang "Gandhi, Reyna bukan milik kamu lagi" kamu.... masih milik aku kan, Rey?" tanya nya dengan wajah serius dan mata hitam menusuk netra ku.
Rasanya pita suara dalam tenggorokan ku terserang penyakit laringitis dadakan. Aku kesulitan mengeluarkan suara.
Apa jawaban yang pas untuk pria di samping ku?.
Gandhi begitu berarti dan aku pun berarti untuk nya. Tapi Raka? Tidak bisa aku abaikan bahwa aku juga punya rasa nyaman dan tanggung jawab bahwa aku adalah miliknya.
Mengakui miliknya tapi masih ada yang kosong ketika mengakuinya. Aku tidak tau apa itu.
Aku tersenyum membalas tatapan Gandhi "pertanyaan yang tidak mesti kamu ajukan Gandh. Kamu pasti tau jawabannya, bukannya dari dulu aku memang milik kamu? Meski aku sudah menikah tapi kamu pasti tau tidak ada yang bisa mengganti posisi kamu, bahkan untuk Raka sekalipun" ujar ku meyakinkan nya.
Tatapan serius dan cemas langsung sirna dari wajah Gandhi. Aku bisa lihat kembali tatapan lembut yang sering dia tunjukkan untuk aku sejak dahulu. Dan aku menyukai setiap kali Gandhi menatap ku seperti itu, disaat seperti itu rasanya Gandhi hanya memprioritaskan aku. Gadis kecil nya.
"Harusnya aku tidak kemakan omongan Intan" kata nya pura-pura kesal kepada Intan.
"Jadi nyesel pulang ke Indonesia?" Selidik ku juga pura-pura kesal kepada nya.
"Eh, ngak lah. Takdir sudah merancang aku pulang sekarang, Papa juga sudah pulang berlayar dan dapat cuti hingga sekolah aku selesai. Atau mungkin kamu yang manggil-manggil aku untuk segera pulang karena rindu, Rey?" Ah dia menggoda ku.
Jika sekarang ada Gandhi apakah juga sekarang aku jadi mempunyai dua pria yang pandai menggoda dan membuat aku kesal?.
Cukup Gandhi dulu waktu kecil, lalu Raka sejak lima bulan ini, dan sekarang mereka berdua? Bagaimana aku bisa menghadapi mereka yang pandai dalam membuat usil.
Gandhi dengan ejekan nya lalu Raka dengan kemahiran dalam membalikan ucapan ku. Dunia ku yang berotasi pada Reyna dan tanaman saja seperti telah lenyap oleh kedatangan dua pria ini.
Tapi itu kalau Raka dan Gandhi bisa akur.
Aku menyudahi pembicaraan berdua dengan Gandhi ketika merasa tidak ada lagi yang perlu kami bahas. Kami bergabung dengan Aina, Aldo, Dan Bagas. Sampai kedatangan ku ternyata Bagas belum berhasil akur dengan Aina, yang ada wajah gadis itu semakin sinis kepada Bagas.
Aku jadi takut membayangkan jika betul mereka berdua jodoh. Katanya benci dan cinta itu beda tipis.
Cukup seru menghabiskan waktu di taman belakang sekolah. Tempat nya sepi karena terhalang oleh gedung tua bekas kelas yang sudah tidak terpakai. Banyak rumor ada hantu di sini, tapi untuk Aldo dan Bagas rumor itu sama sekali tidak penting. Nyatanya ketika mereka tidak ada di sudut sekolah yang lain sudah pasti mereka ada pada taman sepi ini.
Hingga shalat Dzuhur tiba kami berhenti bercengkrama. Aku dan Aina kembali jalan beriringan dan ketiga pria itu pun jalan seperti awal kedatangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...