Aku Terjabak Perasaan Penaksaran

13.7K 975 16
                                    

Sebenarnya apa yang ku rindukan? Sedangkan memiliki mu saja tak pernah. Sebenarnya apa yang ku mimpikan? Sedangkan membalas harapan ku saja kau tak pernah.
Dan, sebenarnya aku ingin tau, bagimu aku itu siapa?


-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

Suara pemberitahuan keberangkatan telah terdengar. Aku memeluk Ayah dan Bunda dengan mata menahan tangis. Sedih rasanya saat perpisahan tepat di depan mata.

"Reyna jadi anak yang baik buat Tante Rani, jangan juga nyusahin Raka. Cengeng nya dikurangin" wejangan Bunda.

"Iya bund, Reyna ngak akan nyusahin anak baru nya Bunda kok" balas ku sambil mengerucutkan bibir. Habisnya sejak sebulan lalu yang Bunda ceritakan soal Raka terus. Soal baik milik Raka, cengeng milik Reyna.

Raka tersenyum simpul lalu aku bergeser memeluk Ayah dan giliran Raka menyalimi Bunda.

"Kabari Ayah setiap saat" kata Ayah sambil mengelus puncak kepala ku.

Perasaan ku semakin sedih. Selama enam belas tahun Ayah dan Bunda selalu bersamaku.

Yang kufikir, saat aku sakit bagaimana jika tak ada Bunda? Saat aku ingin sesuatu bagaimana jika tak ada Ayah? Ternyata sesakit ini berpisah dengan mereka yang berarti.

"Raka" panggil Ayah membuat pembicaraan nya bersama Bunda terhenti "Ayah titip Reyna ke kamu. Sekarang kamu yang kami percayakan untuk menjaga nya. Kamu bisa kan?"

Pria itu tersenyum sambil mengangguk "Ayah jangan titipkan Reyna ke Raka. Tetapi ke Allah, semoga Allah berkenang mempercayai Raka menjaga Reyna"

Sumpah. Mulut tak bisa diam ku ini ingin berteriak heboh. Itu ucapan paling melankolis yang aku dengar. Raka menyampaikan dengan suara halus dan penuh keyakinan sangat berbeda ketika ia memimpin rapat rohis dengan suara tegas.

Telinga yang mendengar, tetapi malah hati yang berdengung.

" Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Malaysia dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12" pemberitahuan kedua mulai terdengar.

Bersama dengan akan masuk nya Ayah dan Bunda buat check in, Tante Diani dan Intan juga datang.

Aku sampai lupa bahwa Tante dan sepupu satu-satu ku itu juga akan meninggalkan Indonesia hari ini.

"Tante kapan-kapan Ke Indonesia lagi yah"

"Harusnya Tante yang ngomong kapan-kapan kamu sama Raka main ke Singapura yah"

"Aamiin. Nanti kalau Intan nya nikah Tante" itu yang menjawab Raka.

Ternyata Raka sudah berdiri tepat di samping ku. Aku cukup menghindar dari nya sejak pagi tadi. Memikirkan bahwa semalam aku menangis lalu berhenti karena sogokan pria itu membuat malu. Entah, hanya perasaan ku sendiri yang bisa mendeskripsikan apa mauanya.

Melihat Intan yang kulakukan hanya diam. Sebenarnya sudah tidak kesal, cuman biarkan saja memberi pelajaran sedikit kepada Intan agar tidak berbuat seenaknya. Gadis itu harus tau bahwa tidak semua orang berpikiran sama seperti kita. Itu mustahil.

"Rey masih marah?" Ia memegang lengan ku "maaf yah...." Dengan mata di buat kedap kedip dan senyum lebay ia tunjukan.

Menatap nya tanpa ekspresi lebih aku pilih.

"Kan.... Nanti aku ganti deh bunga nya. Aku suruh Daddy kirim tanaman terbaik yang ada di pertanian. Iya kan, Mi?" Intan menoleh ke arah Tante Diani.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang