Akan aku kenang bahwa aku pernah di buat bahagia dengan cara menjengkelkan
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
-----
Malam hari langit memberi tanda seperti akan turun hujan. Padahal ini masih bulan Agustus sedangkan musim penghujan menurut BMKG baru akan masuk pada bulan Oktober.
Papa belum pulang, tadi sore dia sempat menelfon dan mengatakan harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum cuti. Sedangkan Mama sedang menemani Qeiza karena sejak kemarin gadis kecil itu demam.
Raka? Sedang begitu menikmati mencuci motor dihalaman depan. Tidak tau kemana pikiran pria itu malam hari setelah shalat isya dia justru mencuci motor padahal angin malam juga lumayan dingin.
"Raka, ini teh hangat dan cemilan" kataku sambil menyimpan nampan diatas meja.
Ia cuman berdehem menjawab ucapan ku. Karena hari ini aku nobatkan sebagai hari berbohong Reyna maka aku juga buat rencana bahwa hari ini aku nobatkan sebagai hari menyelesaikan masalah.
Dengan Aldo selesai, sekarang dengan Raka.
Setengah jam aku menunggu pria itu menyelesaikan aktivitasnya. Dan saat ia berbalik ingin meminum teh yang aku bawa dia seperti kaget melihat aku ada di teras.
Apa sebegitu fokusnya dia tadi?.
"Kenapa belum masuk? Angin malam tidak baik dan bisa membuat sakit" tegurnya.
Aku mendengus. Dia sendiri tau angin malam tidak baik tapi kenapa malah mencuci motor. Bisa dilihatkan yang aneh siapa?.
"Aku sudah tahan banting dengan angin malam" cuek ku dan sangat percaya diri.
Raka cuman menaikan bahu cuek lalu ikut duduk dengan ku diteras. Dia masih sibuk meminum teh dan pisang goreng hangat.
Ini apa Raka tidak mau menawarkan untuk aku? Sepertinya aku di anggap tidak ada.
"Kamu sudah tidak marah?" Baru aku ingin protes tapi kata-kata Raka lebih dulu terdengar.
"Marah?"
"Kamu bicara seperlunya, jika itu bukan marah apa lagi?" Dia malah balik bertanya.
Aku menepuk kening. Beberapa hari tidak bicara dengan Raka ternyata dia jadi tambah gemar bertanya.
"Aku sebenarnya tidak marah...."
"Serius?" Kan bertanya lagi padahal ucapan ku saja belum selesai.
"Aku kira kamu marah karena tanpa izin aku sudah mencium kening kamu" dan kata-kata itu keluar dengan sangat santai.
Pipi ku ditengah cuaca dingin begini tapi kenapa tiba-tiba menjadi panas. Aku mengipas wajah menggunakan tangan yang mendapat tawa singkat dari Raka.
Apa Raka tidak aneh menyebut kalimat itu? Astaga. Aku sangat di buat tidak mengerti oleh jalan pikiran Raka yang tertutup dan misterius.
"Memotong pembicaraan itu tidak baik Raka" kata ku sebagai alibi agar Raka tidak melanjutkan membahas persoalan itu. Jantung ku tidak bisa di ajak santai masalahnya.
Raka mengangguk seketika. Pisang goreng tinggal tiga di piring. Aku harus selesai bicara dengan Raka sebelum pisang itu habis. Takutnya nanti Raka kabur kalau makanannya sudah habis.
"Kalau kamu tau aku marah kenapa ngak kamu bujuk?" Tanya ku penasaran. Bukankah sangat keterlaluan jika dia tidak membujuk padahal dia sendiri yang mengatakan aku marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Korku"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...