Kamu terlalu hobby menciptakan abstrak.
Aku terlalu malas buat mendeskripsikan.
Assalamualaikum Ketua Rohis
------
"Ayah?"
Secara spontan aku menoleh ke arah Raka. Jelas aku kaget, jika benar aku dinikahi nya untuk menjadi Ibu maka hari ini semuanya akan selesai. Aku yang akan menggugat Raka.
Raka tersenyum, sangat manis. Senyum yang tak pernah ditunjukkan nya di hadapan orang banyak, senyum manis yang membuat aku salah tingkah sendiri selepas resepsi.
Ketika Raka merentangkan tangan, gadis kecil berlari itu langsung lompat ke dalam pelukan Raka. Mereka sangat menyayangi.
"Qei, sudah sehat?" Kulihat gadis kecil itu mengangguk-anggukan kepalanya.
Raka kembali tersenyum, lalu mengusap pelan puncak kepala anak kecil dalam pelukannya.
Sedari tadi aku tak bisa mengalihkan fokus kearah Raka. Sikap nya kali ini dihadapan ku penuh kehangatan, ia begitu penuh kasih sayang. Ah.... Mines, ia sangat kejam kepada aku.
"Ayah, kapan pulang?" Kan Raka dipanggil Ayah lagi.
"Barusan" ternyata sikap irit bicaranya masih terpatri kuat.
Aku ingin bertanya, tapi ke siapa? Masa ia ke Raka. Masih berbekas dengan sangat jawaban Raka ketika pertama kali nya aku bertanya. Sakit sekali.
Dari pada diam bagaikan patung aku bergegas kembali ke arah dapur untuk membatu mama. Raka, ia mengikuti ku sambil menggendong gadis kecil itu.
"Eh Reyna kamu udah ketemu Qeiza ternyata" kata mama ketika melihat kedatangan kami bertiga.
Aku menghentikan langkah tepat disamping mama, siapa Qeiza? Oh mungkin gadis kecil yang di gendong Raka. Tadi aku sempat dengar Raka memanggil Qei.
"Iya Ma" tiba-tiba mood ku hilang, aku ingin tidur.
Raka tak banyak bicara hanya sesekali ketika mama bertanya atau gadis kecil itu yang bertanya. Aku diam, mama sempat bertanya hanya ku jawab capek.
Acara makan siang telah selesai, aku membersihkan meja lalu membawa tumpukan piring kotor untuk dibersihkan. Baru saja ku tuangkan sabun cuci piring mama menyuruh ku untuk istirahat.
"Ngak apa-apa Ma, Reyna aja yang bersihin"
"Kamu capek, mama aja" sudah aku katakan mama mertua ku ini super baik hati.
Jujur sih aku memang lelah, semalam begadang aku tidak bisa tidur tepat nya tidak terbiasa satu ruangan dengan pria. Siapa lagi kalau bukan ketua rohis Raka.
Raka membawa koper ku kelantai atas, berarti kamar ku ada dilantai atas. Ketika sampai dilantai atas ada tiga pintu kamar.
"Kamar kamu di situ" kata Raka yang tiba-tiba muncul dibalik pintu.
Aku mengangguk berterima kasih lalu berjalan kearah yang ditunjuk Raka. Ah, jadi kamar ku tepat diseberang kamar Raka.
Kami memutuskan tak ingin tidur bersama. Tepatnya aku, ketika mendengar Aina berbicara soal romantis sepulang dari sekolah aku langsung katakan ke bunda tak ingin tidur bersama Raka.
"Yasudah nanti bunda telfon mama Raka buat kasih tau" hanya itu jawaban bunda ketika aku memberitahu keinginan ku.
Kamar nya nyaman, perpaduan antara merah muda dan abu-abu dan yang paling aku sukai adalah jendela kamar yang menghadap kearah taman belakang rumah. Sangat nyaman, udara sejuk begitu terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...