Kamu tidak perlu tau seberapa besar cara saya berjuang
Karena saya takut jika harus berakhir bahagia
hanya karena belas kasihan-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Suara tawa mendominasi dalam ruang keluarga. Aku berdua bersama Papa sejak selepas makan malam dan shalat isya sudah bercerita ria di sini. Perut ku sampai sakit rasanya, jika dulu Mama mengatakan Papa banyak diam tapi justru ternyata saat sudah kenal baik selera humornya tidak jauh beda dengan Mama.
"Jadi yah gitu Mama itu sama Bunda mu waktu SMA bandelnya minta ampun. Mereka pergi tempat futsal cowok berdua loh pas Papa sama teman kuliah yang lain kebetulan main futsal di sana. Eh ngak sengaja, bola malah ngira gawang itu Mama kena deh"
Mata ku membulat terkejut. Benar yah Mama dan Bunda ku dulunya bandel seperti itu? Masuk tempat futsal cowok dan hanya berdua.
"Mama pingsan dong, Pa?"
Papa menggeleng dengan sisa tawa yang berusaha ia tahan. "Mama mu itu kuat habis kena bola tenaganya buat marah masih banyak ternyata. Papa kena marah sampai itu bola Mama lempar ulang ke Papa. Kayaknya pas lempar hati Papa yang kena jadinya jatuh cinta sekarang"
Ya Allah.... Sikap manis Papa itu menurut aku perlu untuk dilestarikan atau sedikit disumbangkan kepada pria semacam Raka yang taunya cuman serius atau bertingkah konyol tidak jelas.
"Papa cerita apa, Rey? Sampai mau jatuh gitu di sofa gara-gara ketawa" heran Mama yang datang dari lantai atas. Wajar Mama heran karena ketawa kami berdua memang tidak bisa dikondisikan.
Soal Mama malam itu pembahasan kami selesai. Meski sempat adu argumen tapi Mama berusaha mengerti. Aku jadi terharu, betul-betul kedua orang tua Raka sangat baik. Bukan mertua seperti dalam film-film India yang bisa membuat orang untuk takut menikah.
Aku tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Mama. "Cerita awal ketemu Papa dan Mama, Katanya Mama bandel" lapor ku yang langsung mempercepat langkah Mama dari tangga ke ruang keluarga.
"Bilangin Mama bandel padahal Papa mu ini pelanggar kekuasaan tau" awal kalimat Mama setelah duduk di samping Papa sekaligus memberi pukulan kecil pada bahu Papa.
Ah pasangan di depan ku membuat iri saja.
"Kamu tau Rey setelah kejadian di tempat futsal ternyata Mama dan Bunda mu masuk universitas yang sama dengan Papa. Sebagai senior Papa yang beri ospek sekaligus serangan awal dekatin Mama" Papa memukul dada sebelah kiri dengan tangan kanannya secara bangga. Mama yang melihat itu justru memandang aneh dengan gelengan kepala takjub.
"Papa mu nyuruh Mama baca puisi cinta untuk dia. Katanya hukuman padahal ngak ada kesalahan loh Mama. Emang dasar Papa ini memanfaatkan kekuasaan"
Sungguh Papa sangat menakjubkan. Meski bertindak seenaknya tapi justru itu yang menjadi perjuangan Papa dalam mengejar cinta.
Aku jadi tambah iri. Ingin juga mempunyai kisah pertemuan pertama dengan pasangan atau kisah perjuangan pasangan dalam membuktikan cintanya. Tapi sayang, aku tidak memiliki kisah seperti itu. Kami hanya di jodohkan, tidak ada celah dalam menolak, dan akhirnya menikah.
Kalau kata Pak Damar sebelum presentasi sosiologi kami harus presentasi dengan singkat, padat, serta jelas. Kira-kira kisah ku dengan Raka seperti ketiga hal tersebut.
"Kenapa Papa cinta sama Mama? Kan kata Papa Mama itu galak, bukannya biasa mau yang kalem yah, Pa?" Heran ku. Bukankah terkadang incaran laki-laki seperti itu? Perempuan feminim yang menunjukkan perempuan sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horor"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...