Konspirasi terhebat mu bersama waktu karena berhasil menarik ku dalam lubang jatuh cinta
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Aku terus memperhatikan pria yang sedang menjemur pakaian pada halaman belakang rumah. Harusnya aku membantu dia, tapi melihat apa yang ia bersihkan adalah noda akibat insiden kantin tadi tidak ada semangat untuk membantu.
Semilir angin sore terasa sejuk. Andai angin dapat membawa perasaan aneh ini mungkin akan indah. Perasaan yang kian tumbuh semakin besar.
Mengetahui ada sosok perempuan yang lebih dari aku menyukai Raka semakin memperkecil nyali ku tentang hubungan ini.
Mungkin benar pernyataan ku dua hari lalu. Akan ada sosok yang pantas untuk Raka dan yang pantas untuk aku juga.
Benar kah ini Tuhan, apa mungkin aku hanya sosok yang tinggal untuk sementara bukan selamanya?.
"Rey, pakaian kamu basah" tegur Raka membuat aku kembali fokus.
Aku melirik pakaian ku, ternyata bukan tanaman yang aku siram melainkan baju aku sendiri.
"Kamu sakit?" Tanya nya dengan mimik khawatir.
Ia bersikap normal padahal aku tau pertengkaran kami kemarin belum lah selesai. Atau hanya aku yang menafsirkan kami bertengkar? Kelihatan nya pria itu baik-baik saja.
Aku mengharapkan ia cemburu dengan kehadiran Gandhi. Seperti nya tidak. Ia bertanya soal Mariposa hanya untuk menuntaskan rasa penasaran bukan perihal menyelesaikan rasa cemburu.
Harusnya aku tetap teguh menaruh Raka pada perasaan berharap tetap menjadi urutan terkahir.
Ini sama saja aku mengambil langkah pertama menyakiti hati sendiri.
"Sadarlah, Reyna" rasanya meneriaki diri sendiri itu perlu.
Untuk pertama kali aku berharap dan langsung terjerembab pada kecewa. Kecewa itu seperti bayangan. Sebuah hal yang tidak dapat manusia pisahkan dari tubuhnya. Jika aku berusaha membuang sakit ini, sama dengan aku berusaha membuang diri sendiri.
"Baik kok" kata ku singkat.
Sangat kedengaran bahwa Raka menghembuskan nafas dengan keras. Aku meninggalkan pria itu, memilih duduk pada gezebo sambil memandang bunga yang mulai tumbuh.
Raka menghampiri ikut duduk pada gazebo. Aku sempat meliriknya dan ia memberi aku senyum yang selalu mampu membuat jantung ku abnormal.
Senyum langkah yang ku kira tidak akan pernah aku dapat. Bagaimana jika senyum itu juga di miliki oleh orang lain selain aku, Mama, Papa, dan Qeiza?.
Pemikiran macam apa yang aku timbulkan.
"Sudah lama kita tidak duduk di sini" lirih Raka.
Aku menolehkan kepala melihatnya.
"Iya"
Dulu tempat ini yang membuat kami akrab. Janji pertama yang dia berikan saat aku menangis karena Intan.
"Untuk kamu" ia menyodorkan satu tangkai bunga mawar putih.
Aku keheranan, menatap Raka lekat tapi justru ia kelihatan canggung dan menggaruk kepala.
"Bunga mawar pertama yang mekar" lanjut nya.
"Kenapa di ambil?"
"Takut Qeiza lihat dan dia ambil. Aku mau bunga pertama yang mekar jadi milik kamu. Nanti kamu nangis lagi seperti saat Intan mutilasi tanaman kamu" suara tawa nya terdengar saat mengingat moment itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...