Aku harus berpikir keras untuk mengetahui isi kepala kamu
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Dua gelas milk shake yang sebelumnya sudah Gandhi pesan kini ada di hadapan kami. Terkadang ekor mata ku melirik ke pemilik meja nomor dua belas atau terkadang pada meja nomor tiga.
Menjengkelkan!
Raka masih tetap pada tempatnya seakan tidak terjadi apa-apa di sepuluh menit lalu. Dia tetap lihai mengoperasikan laptop putih di hadapannya itu.
Sementara Fanya, ah tidak, maksud aku sementara tiga gadis pemilik meja nomor tiga itu benar-benar sangat mengganggu. Dengan terang-terangan ia memandang Raka bahkan berbicara sesuatu yang mengikutsertakan Raka di dalamnya.
Aku jadi penasaran Raka benar-benar tidak risih di pandang mereka karena tidak sadar atau pura-pura tidak sadar? Untuk urusan mendengar perbincangan mereka masuk akal jika Raka tak dengar. Jarak mereka dari sisi kiri tembok ke sisi kanan tembok berjauhan.
Aku bersandar pada kursi sambil meringis frustasi. Gandhi yang dihadapan ku justru tertarik dengan suasana ini.
"Jadi akhir dari film tadi apa, Rey?" Tanyanya dan aku tau ia menyinggung.
"Belum selesai kamu sudah tarik aku. Ngak seru kamu"
Gandhi tertawa. Ia sampai menutup mulut demi tawanya itu tidak terdengar.
"Lebih baik aku pisahin kalian dari pada sehabis dari sini sepupu kamu bernama Intan dan Mama aku pasti bakalan minta laporan kejadian. Dan kamu tau ujung laporannya?" Ia bertanya dan aku menjawab gelengan kepala. "Pasti selalu aku yang salah dan selalu aku yang di tuduh membuat gara-gara" katanya lagi dengan wajah sangat dramatis.
Tapi kali ini wajah Gandhi mampu membuat aku tersenyum.
Semenjak kepergian keluarga Gandhi ke Singapura aku memang tidak lagi berkomunikasi dengan Gandhi. Tapi Tante Gina masih selalu mengabari Mama. Sering mereka menyuruhku untuk berbicara lewat telfon tapi selalu aku tolak. Ketika tau Gandhi pergi karena sakit Mamanya aku jadi malu untuk berbicara dengan Gandhi. Tapi bagusnya justru pria itu jauh-jauh terbang kembali ke Indonesia. Jika tidak mana bisa kami menikmati milk shake sambil membahas hal aneh tadi.
"Fanya itu suka Raka?" Kini Gandhi bertanya serius. Ia bersandar pada kursi dan menatap ku lekat.
Tanpa aku jawab Gandhi sudah tau kan? "Kenapa tidak kamu tambahkan pertanyaan, Raka itu suka Fanya?"
Kening Gandhi mengerut. Aku bertopang dagu sambil melihat ke arah meja Fanya yang kini asik berfoto.
"Gandh, waktu aku kerumah kamu du...."
"Ku rasa tidak" jawab Gandhi memotong kalimat ku.
Aku yang sedang bertopang dagu itu langsung kaget saat tau Gandhi menjawab tidak dengan sangat yakin. Bahkan mereka tidak akur tapi bagaimana bisa Gandhi mengetahui perasaan Raka.
"Biar aku senang kan makannya jawaban kamu gitu"
"Rey lihat kesini, di sini, sesama pria aku bisa tau kalau Raka itu ngak suka ke Fanya" Gandhi sangat yakin sambil menunjuk tempat hatinya berada.
"Kamu kan baru kenal belum pernah lihat mereka bicara kan? Ah, Gandhi. Mereka sangat serasi"
"Dengar yah" Gandhi mengarahkan sedotan milk shakenya ke arah ku. "Aku punya foto dengan banyak perempuan dan hampir semua foto itu teman-teman aku bilang kami serasi. Jadi apa ini kesimpulan kalau aku suka mereka semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...