Oh, rasanya patah hati ternyata seperti ini.
Sakit atau nyeri, aku tidak tau.-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Pagi ini langit Jakarta sedang tidak jelas. Matahari tidak menampakkan cahaya namun langit juga tak menampakkan hujan. Mungkin langit juga memiliki fase dimana ia sulit mendeskripsikan perasaan.
Aku jalan beriringan bersama Aina di salah satu taman tak jauh dari rumah ku. Setelah shalat subuh tadi Aina mengajak aku untuk berkunjung ke taman ini karena adanya bazar yang sedang berlangsung. Maka tentu saja aku terima. Mengingat Bunda akan tiba di Jakarta hari ini cukup membuat aku stres.
Setelah berbicara lewat telfon sama Bunda aku langsung melihat jadwal penerbangan Malaysia - Jakarta di salah satu web penjualan tiket online. Penerbangan paling cepat nanti saat setelah dzuhur. Sekitar setelah Azar baru Bunda akan sampai di rumah. Jalan-jalan ke luar mungkin bisa sedikit melegakan urat-urat di kepala ku yang serasa menegang beberapa hari ini.
"Gandhi ngak bakalan marahkan Rey kalau kita kelamaan?" Tanya Aina.
"Santai, Ai. Gandhi menikmati waktu main gamenya di mobil" jawab ku setengah bercanda.
Tapi aku jujur Gandhi tidak bakalan marah. Pria itu sudah terlatih mengekori Ghania kemana saja. Ia sudah terbiasa dengan pola jalan perempuan yang katanya lama.
Aina mengangguk percaya lalu kembali mengedarkan pandangan ke segala arah. Gadis itu pusing ingin membeli jajanan yang mana. Sementara aku sudah menargetkan penjual batagor. Tapi Aina masih belum ingin kearea Batagor itu berada.
"Rey, kita beli minum dulu deh" lalu Aina menarik ku ikut dengannya ke tempat es cendol.
Ia memesan dua es cendol bungkus. Satu ia ambil dan satu ia beri ke aku.
"Mau apa lagi?" Kata ku bertanya. Terkadang ada pada posisi terlalu banyak pilihan memang meresahkan. Perasaan jadi bingung ingin memilih yang mana. Mungkin seperti tempat ini yang terlalu banyak jajanan hingga mulut Aina tidak tau ingin mengunyah yang mana untuk di teruskan ke dalam perut.
"Kalau kamu mau yang mana?" Baliknya bertanya.
"Batagor" langsung aku jawab cepat.
"Kalau gitu kita makan batagor" seru Aina. Akhirnya gadis itu tau ingin memakan apa.
Kami jalan menuju stan batagor. Gerobak warna biru itu terdapat beberapa orang yang mengantri. Aku dan Aina ikut mengantri. Kurang lebih sepuluh menit barulah kami mendapat pesanan. Setelahnya kami memilih duduk di atas rumput yang lumayan jauh dari tempat makanan. Semakin jauh dari tempat penjualan, semakin sepi orangnya dan kami bebas mengobrol.
"Jadi Bunda kamu pulangnya hari ini?"
"Hmm"
"Aku kira masih dua bulan di Malaysia"
"Ngak tau, palingan Bunda pulang karena masalah aku dan Raka"
Aina menyenggol bahu ku. Ia menarik turunkan alisnya dan senyum menggoda. Ku berikan tatapan heran, mengapa tiba-tiba ia berulah seperti ini.
"Raka kan menantu kesayangannya, Rey"
Aku mendengus. "Aku lagi ngak punya hubungan apapun dengan Raka yah" kata ku memperingatkannya.
Bukannya merasa bersalah Aina malah tertawa. Mau bagaimana pun Aina pendukung hubungan ku dan Raka yang paling depan selain keluarga.
"Baru ingat, kamu belum jelasin apa-apa kenapa ngasih tau Raka sih hubungan aku sama Gandhi" kesal ku dan memukul bahu Aina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Terror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...