Belajar Berdua

6.1K 528 22
                                    

Yang harus kamu tau aku hanya ingin yang terbaik untuk kamu semaksimal yang aku bisa

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Malam weekend kedua yang aku habiskan dengan sibuk belajar. Semenjak tanggal menginjak bulan Maret Raka tanpa perjanjian tertulis sudah membuat keputusan bahwa setiap hari setelah shalat isya minimal kami harus belajar satu jam. Pria itu rajin sekali.

Pekan depan kami akan usbn dan dua pekan akan datang kami akan unbk. Seingat ku ketika akan ujian kelulusan SMP aku baru belajar ketika malam hari menjelang ujian. Hasilnya aku lulus juga. Ini aku malah sudah dua pekan belajar. Kalau sampai tidak lulus yang akan aku salahkan tentu saja Raka, pria paling rajin di bumi ini.

Helaan nafas terus aku keluarkan sembari melihat Raka menimbak buku paket satu demi satu halaman. Ia terus saja berbicara dan hampir tidak ada aku pahami.

"Berhenti makan" tegasnya dan memukul pelan punggung tangan ku.

Aku langsung menegakkan badan dan memandang Raka tidak terima. Bagaimana bisa tanpa rasa bersalah ia menjauhkan pisang goreng itu dari jangkauan aku dan menyimpannya di atas sofa yang sedang ia sandari.

Dengar-dengar harga pisang goreng di negeri Kincir Angin alias Belanda bisa mencapai 5 Euro atau sekitar 84.000 jika di konversi ke rupiah. Kalau begitu dari pada membuka bisnis di Bogor mending aku ke negeri sana saja. Sepertinya menikah dengan seorang pengusaha mulai membuat otak ku tercuci oleh pemikiran untung dan uang terus. Reyna anak mu Bunda jadi matre.

"Lapar Raka"

"Sejak tadi kamu makan dan aku yakin kemungkinan kamu justru tidak memperhatikan apa yang aku terangkan sejak tadi" katanya tepat sasaran.

Aku langsung bungkam sebab merasa tak perlu menjawab. Gelagat ku memang terlalu kelihatan bahwa aku hanya sibuk makan sambil menopang dagu dan menatap buku cetak tanpa ada keinginan untuk mengerti.

"Siapa suruh pelajarannya itu bahasa Inggris" rajuk ku.

Aku langsung menghela nafas dan bersandar pada sofa di belakang aku seperti posisi Raka yang juga bersandar pada sofa di belakangnya sekarang.

Kami yang belajar di ruang keluarga lantai dua membuat angin dengan mudah merayu ku untuk ngantuk karena pintu balkon yang aku buka. Tapi itu tadi. Sekarang setelah aku bersandar ngantuk ku tergantikan dengan pemandangan bintang yang dengan leluasa aku lihat. Bintang merekat di langit hitam sana mirip taburan gula pasir. Ada begitu banyak berkelap-kelip dan manis ketika di pandang.

Aku ingat cerita Barbie Mariposa tentang bintang. Petualangan Mariposa ketika harus mencari obat penawar untuk kesembuhan ratu agar Fairytopia tidak kehilangan cahayanya dan menjadi makanan moster jahat. Dalam kisah itu Mariposa mengandalkan rasi bintang sebagai petunjuk. Menyatukan beberapa bintang menjadi satu gambar membentuk tanda panah lalu ia akan mengikuti arah panah tersebut. Karena film itu dulu saat aku kehilangan Gandhi, setiap malam aku gemar menyatukan beberapa bintang membentuk tanda panah. Aku umpamakan bintang memberi ku arah keberadaan Gandhi.

"Rey, kalau kamu tidak ingin mencoba memahami bagaimana saat ujian nanti" kata Raka mulai berusaha menghasuti pikiran ku agar mau belajar. Pria itu juga sudah menutup buku paket yang tidak lagi sebersih tadi karena tangan Raka mencoret di mana saja.

"Bukan ngak mau tapi susah, Raka. Bahasa Inggris itu ribet tau, tulisannya beda, bacanya beda, harus ingat arti bahasa Inggrisnya lagi"

"Mau aku kasih satu kalimat?" Tanyanya. Aku mengangguk.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang