Kalau saatnya berakhir, mungkin memang tidak bisa lagi di teruskan
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27-----
Hari Kamis ini sebagai hari terakhir berlangsungnya ujian nasional. Ujian di mulai dari jam 8 sementara sekarang kurang dari 30 menit akan memasuki jam 10. Hari terakhir ini ujian untuk pelajaran paling ingin aku hilangkan, bahasa Inggris.
Aku tergesa-gesa jalan menuju ruang proktor. Ada kendala dalam ujian ku dimana saat aku mengerjakan soal tiba-tiba exam browser ku keluar sendiri. Pengawas dalam ruangan menginstruksikan untuk aku ke ruang proktor, tempat server berada.
Untuk sampai di ruang proktor aku harus melewati tiga ruangan. Sampai di sana aku melihat Pak Syafaat selaku ketua panitia ujian ini tengah duduk di balik komputer.
"Ada apa?" Tanya beliau saat melihat ku memasuki ruangan.
Dalam ruangan ini juga terdapat murid yang sedang ujian, tepatnya murid kelas MIA 2. Saat pak Syafaat berbicara tadi, kedatangan ku cukup membuat mereka yang sedang ujian teralihkan sementara.
"Exam browser saya log out Pak tidak bisa log in kembali" lapor ku.
Pak Syafaat mengangguk sebentar.
"Ruangan berapa dan nama kamu siapa?"
"Ruangan 5 atas nama Reyna Ananda Hasbalah, Pak"
Aku menunggu beberapa saat. Rasa cemas membuat aku menggigit kuku tanpa sadar. Untuk mengalihkan rasa cemas aku juga memperhatikan murid dalam ruangan ini yang sedang ujian. Banyak yang aku kenal wajahnya namun tidak dengan namanya. Karena aku begitu sulit mengingat nama orang yang tidak terlalu dekat dengan aku.
"Reyna"
"Iya pak?"
"Kamu kembali ke ruangan, coba log in kembali" kata Pak Syafaat membuat senyum ku terbit.
Aku bergegas keluar setelah mengucapkan terimakasih. Saat aku baru tiga langkah dari pintu ruangan proktor tiba-tiba aku juga melihat Raka yang sudah berada tidak jauh dari aku.
Kami mungkin sama-sama terkejut dan juga sama-sama menyembunyikan keterkejutan kami.
Aku ke kiri Raka juga ikut ke kiri. Aku ke kanan Raka juga ikut ke kanan. Sampai lelah aku langsung mendongak dengan tatapan kesal untuk Raka.
Niatnya satu kalimat untuk memarahi Raka mungkin cukup. Iya, tapi tidak jadi. Ketika kepala ku sudah menatap ke atas dan ternyata Raka sedang menatap ke bawah. Tatapan kami saling terkunci. Wajah ku yang kesal terlihat dalam netra Raka, sementara wajah datar Raka sedang terlihat dalam netra ku.
"Aku mau lewat"
"Silahkan" katanya.
"Ssttt" geram ku.
Pria itu mempersilahkan aku lewat tapi ketika aku bergeser ke kanan ia juga ikut.
"Aku mau lewat" lagi kata ku dengan sedikit penekanan menahan kesal.
"Aku juga mau lewat" kata Raka dan justru lebih dulu melangkah.
Aku memandangnya heran. Akhir-akhir ini irit bicara Raka memang semakin mengganda. Pria itu lebih senang berbicara dengan ikan di banding aku.
Masa bodo. Aku tidak perlu memikirkan Raka. Mau aneh, mau apa terserah pria itu.
"Fanya" seseorang memanggil Fanya, dari tempat aku berdiri masih bisa aku dengar. Suara itu juga familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horror"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...